Selasa 13 Nov 2018 22:25 WIB

Pemerintah dan Masyarakat Myanmar Bela Suu kyi

Lembaga-lembaga yang pernah menghujani Suu Kyi dengan gelar langsung menjaga jarak.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Aung San Suu Kyi
Foto: EPA/Nicolas Asfouri
Aung San Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON — Pemerintah Myanmar dan warga negara tergerak memberi dukungan pada Aung San Suu Kyi. Tepatnya setelah Amnesty International menanggalkan penghargaan yang diterima Suu Kyi karena ketidakpedulian terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap Muslim Rohingya. Tindakannya ini menghadapi kemarahan global.

Reputasi internasional Suu Kyi sebagai ikon pejuang hak asasi manusia dicabut. Kanada mencabut kewarganegaraan kehormatan Suu Kyi pada bulan lalu. Museum Holocaust Amerika Serikat (AS) mengambil kembali penghargaan yang diberi pada Suu Kyi.

Lembaga-lembaga yang pernah menghujani Suu Kyi dengan gelar-gelar langsung menjaga jarak. Alasannya, hal itu sebagai tanggapan atas tindakan tuduhan pembunuhan massal terhadao minoritas Rohingya.

“Hari ini, kami sangat cemas bahwa anda tidak lagi mewakili simbol harapan, keberanian, dan pembelaan abadi hak asasi manusia,” kata Sekjen Amnesty International Kumi Naidoo dalam suratnya kepada Suu Kyi.

Menurut dia, Amnesty International tidak dapat mempertahankan status Suu Kyi sebagai penerima penghargaan Duta Besar Nurani.

Kendati demikian, Suu Kyi tetap populer di seluruh Myanmar dan partainya, Nasional Liga untuk Demokrasi. Partai itu memnangkan pemilihan pada 2015 dan mengakhiri dekade kekuasaan yang didukung militer.

Juru bicara partai, Myo Nyunt mengatakan pencabutan gelar tidak hanya merugikan martabat Suu Kyi, tetapi juga bahwa semua anggota NLD. Dia beranggapan pencabutan itu adalah bagian dari konspirasi yang lebih luas.

Amnesty Cabut Penghargaan ke Suu Kyi karena 'Berkhianat'

“Semua organisasi ini bekerja untuk orang-orang Bengali yang telah meninggalkan negara itu untuk mendapatkan kewarganegaraan,” kata dia.

Wakil Menteri Informasi Aung Hla Tun secara pribadi sedih dan kecewa terhadap pengumuman pencabutan gelar itu. Dia beranggapan Suu Kyi telah diperlakukan tak adil.

“Langkah seperti itu hanya akan membuat orang-orang lebih mencintainya,” ujar Tun.

Seorang warga Yangon, Khin Maung Aye (50) beranggapan pencabutan itu cukup kekanak-kanakan. “Ini seperti ketika anak-anak tidak bergaul baik satu sama lain, dan mengambil kembali mainan mereka,” kata dia

“Kami tidak membutuhkan hadiah mereka,” kata warga lainnya, Htay Htay (60).

Lebih dari 720 ribu Rohingya didesak melintasi perbatasan ke Bangladesh dalam kekerasan pada Agustus 2017. Etnis Rohingya bersaksi mereka mengalami berbagai hal mengerikan, seperti, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan pembakaran. Militer Myanmar beralasan tindakan mereka adalah upaya pembelaan diri terhadao militan Rohingya. Suu Kyi belum memberi komentar atas keputusan Amnesty Internasial itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement