Kamis 29 Nov 2018 08:30 WIB

Selandia Baru Larang Perangkat Huawei di Jaringan Selular 5G

Undang-undang Cina haruskan organisasi dan warga untuk bekerja sama dengan intelijen.

Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.
Foto: ABC News
Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.

REPUBLIKA.CO.ID, Agen mata-mata internasional Selandia Baru telah melarang perusahaan seluler Spark menggunakan perangkat Huawei dalam rencana mereka memperbaharui teknologi 5G. Perangkat Huawei itu dinilai bisa menimbulkan risiko keamanan jaringan yang signifikan.

Tindakan ini mengikuti larangan serupa yang diberlakukan di Australia. Raksasa telekomunikasi Cina itu telah diblokir pada Agustus lalu dari menggulirkan jaringan 5G Australia karena masalah keamanan.

Spark mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan Biro Keamanan Komunikasi Pemerintah Selandia Baru. Tetapi perusahaan tersebut tetap optimistis akan bisa meluncurkan jaringan 5G mereka pada Juli 2020.

Huawei mengalami kemunduran di pasar AS pada 2012 ketika sebuah laporan kongres mengatakan keberadaan perusahaan tersebut mengandung risiko keamanan. Laporan itu juga memperingatkan perusahaan telepon untuk tidak membeli peralatan Huawei.

Undang-undang Cina mengharuskan organisasi dan warga untuk mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan intelijen. Hal itu, menurut para analis, dapat menjadikan peralatan Huawei sebagai saluran untuk spionase.

Di Selandia Baru, Huawei sebelumnya telah membantu membangun jaringan seluler. Pada bulan Maret, Spark dan Huawei memamerkan situs tes 5G di seberang jalan Gedung Parlemen dalam gerakan publikasi yang dihadiri oleh Menteri Penyiaran pada periode pemerintahan sebelumnya, Clare Curran.

Perkembangan terakhir dapat memiliki implikasi diplomatik dan ekonomi untuk Selandia Baru, yang bergantung pada Cina sebagai mitra dagang terbesarnya. Tetapi Selandia Baru juga merupakan bagian dari aliansi keamanan Lima Mata yang mencakup AS, Inggris, Kanada dan Australia.

Selandia Baru adalah negara maju pertama yang menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Cina pada 2008. Cina membeli miliaran dolar ekspor susu asal Selandia Baru setiap tahunnya, yang sering digunakan dalam membuat susu formula. Pemerintah konservatif Selandia Baru sebelumnya memiliki hubungan dekat dengan Cina.

Tetapi selama setahun terakhir di bawah Perdana Menteri liberal Jacinda Ardern, Selandia Baru sedikit mengambil jarak. Alih-alih, Selandia Baru malah merangkul hubungan yang lebih hangat dengan Jepang dan menempatkan sumber daya ke Pasifik. Sebagian langkah itu untuk melawan pengaruh Cina yang semakin meningkat.

Bersambung ke halaman berikutnya..

 

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-28/selandia-baru-larang-huawei/10564964
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement