Senin 03 Dec 2018 20:23 WIB

Bukti Kuat Kejahatan Perang Suriah Terkumpul

Bukti kejahatan perang Suriah disebut terkuat sejak sidang tuntutan Nazi.

Red: Nur Aini
   Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3).  (Reuters/Thaer Al Khalidiya)
Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3). (Reuters/Thaer Al Khalidiya)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Bukti kejahatan perang sering sulit ditemukan -ia hancur dalam konflik, atau memang tidak ada catatan yang tersimpan. Namun jaksa penuntut kejahatan perang, Stephen Rapp, mengatakan bahwa bukti kejahatan perang di Suriah adalah yang terkuat sejak kejahatan perang Nazi dalam Perang Dunia II.

Ia berpikir bahwa penuntutan terhadap pejabat tertinggi rezim Suriah, termasuk Presiden Bashar al-Assad, tak bisa dihindari. Rapp mengatakan, kelompok yang dipimpinnya, Komisi untuk Keadilan dan Akuntabilitas Internasional (CIJA), bekerja dengan warga Suriah di dalam negeri dan telah mampu mengakses lebih dari 750 ribu halaman dokumen rezim di sana.

"Ini adalah bukti kuat yang belum kami miliki sejak Nuremberg, ketika Nazi dituntut," katanya.

Seperti Nazi, rezim Suriah menulis semuanya. "Mereka [memiliki] komite keamanan, komite populer, pusat komando krisis nasional - ada sejumlah besar informasi," kata Rapp.

Data yang dikumpulkan tentang kekejaman lebih komprehensif daripada yang dilihatnya dari era pasca-perang, termasuk kejahatan di Rwanda dan Liberia. CIJA telah mempekerjakan hampir 100 warga Suriah dan Irak di dalam negeri, dan beberapa di luar itu, yang terus memiliki akses di dalam negeri, termasuk mantan polisi, mantan pengacara dan lainnya yang "tahu sistem, yang berbicara bahasa setempat dan bisa mengumpulkan informasi ini."

Rapp mengatakan, organisasinya memiliki 600 ribu video yang berasal dari Suriah, direkam dengan ponsel pintar individu, dan kelompok lain, Arsip Suriah, memiliki 2 juta rekaman video.

Beberapa bukti telah disediakan oleh mantan fotografer forensik di dalam polisi militer Suriah yang tugasnya mengambil foto ratusan mayat yang tiba di rumah sakit militer setiap harinya.

"Kami bisa mengidentifikasi setidaknya 800 korban, dan mereka hampir semua demonstran sipil," kata Rapp.

"[Mereka] umumnya warga sipil yang telah disiksa sampai mati dalam tahanan militer Suriah."

"Dan yang tertulis di tubuh mereka adalah nomor tempat di mana mereka terbunuh."

Tak bisa lari

Rusia dan Cina memblokir Dewan Keamanan PBB dari merujuk kejahatan Suriah ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

"Dibutuhkan pengadilan internasional pada akhirnya untuk mengeluarkan surat perintah terhadap pemimpin mereka," kata Rapp.

Tetapi ada pilihan lain untuk mengejar keadilan, katanya, dan sejumlah kasus diajukan secara diam-diam terhadap beberapa individu tingkat menengah yang terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan, dengan setidaknya satu surat perintah penangkapan akan segera terjadi. Cara-cara itu termasuk penuntutan di tingkat nasional, di negara ketiga di mana korban memiliki kewarganegaraan ganda, dan bahkan di bawah "yurisdiksi universal", di mana dimungkinkan untuk mengadili penyiksaan di manapun di dunia berdasarkan Konvensi Menentang Penyiksaan, yang telah diratifikasi sebagian besar negara.

"Membuat para pelaku ditahan akan menjadi tantangan, tetapi semakin banyak kasus seperti itu akan diajukan seiring waktu," kata Rapp.

Ia mengatakan kemampuan Suriah untuk mengabaikan keadilan, yang didukung oleh Rusia, mengirim pesan bahwa pihak lain bisa melakukan kejahatan serupa - menyiksa, dan membunuh lawan.

"Kami tak ingin pesan itu tersebar, dan itu sebabnya saya bekerja sangat keras untuk mencoba mencari cara lain - bahkan dengan adanya boikot di Dewan Keamanan PBB -demi menunjukkan bahwa akan ada keadilan."

Rapp percaya bahwa dokumen, bukti foto, video dan kesaksian saksi mewakili peluang yang kuat untuk mencapai penuntutan atas kejahatan perang.

"Tekanan akan terbentuk, dan jika Assad hidup beberapa dekade lagi, akan datang suatu masa ketika ia akan berada di bawah surat perintah penangkapan internasional," katanya.

"Apakah ia akan ditangkap, siapa tahu, tetapi tentu saja jenis kejahatan ini adalah kejahatan yang tak dilupakan dunia. Dengan kejahatan semacam ini, pesannya harus: tidak ada jalan keluar dalam kehidupan ini," kata Rapp.

Ia mengatakan, orang-orang Suriah yang ia ajak bicara ingin agar kejahatan terhadap orang-orang yang mereka cintai diakui, lebih dari sekedar pembalasan dendam.

"Jadi kami tak akan berhenti melakukan ini. Saya terus mengatakan kepada mereka selama saya masih hidup, kami akan terus berjuang untuk membuka pintu menuju keadilan atas kejahatan di Suriah."

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-12-03/bukti-kejahatan-perang-dari-suriah-dinilai-terkuat-sejak-persid/10579354
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement