Selasa 11 Dec 2018 22:26 WIB

Negosiasi Perdagangan Cina dan AS Berlanjut

Negosiasi perdagangan dilakukan saat kedua negara bersitegang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pejabat tinggi Cina dan perwakilan perdagangan AS telah membuat rencana untuk melanjutkan pembicaraan tentang gencatan senjata dalam perang tarif. Negosiasi ini dilakukan meski dua negara masih bersitegang karena penangkapan petinggi Huawei Meng Wanzhou di Kanada.

Wakil Perdana Menteri Cina Liu He sudah berbicara dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer melalui sambungan telpon. "Membicarakan promosi pembicaraan ekonomi dan perdagangan berikutnya," kata pernyataan Kementerian Perdagangan Cina, Selasa (11/12).

Belum ada rincian lebih lanjut tentang rencana pertemuan tersebut. Rencana pertemuan ini diumumkan ketika Cina baru saja mengancam akan memberikan 'konsekuensi besar' jika Meng tidak dibebaskan. Meng ditahan di Kanada atau permintaan AS karena telah melanggar sanksi Negeri Paman Sam kepada Iran.

Pada 1 Desember, Presiden AS Donald Trump sudah sepakat untuk menunda kenaikan tarif barang-barang impor Cina selama 90 hari. Sementara kedua negara tengah bernegosiasi tentang keluhan AS atas kebijakan teknologi Cina.

Meng yang menjabat sebagai chief financial officer di Huawei ditangkap pada hari yang sama saat AS dan Cina menyepakati gencatan senjata dalam perang dagang yang telah berlangsung sejak awal 2018. Meski sempat mengancam tapi Kementerian Perdagangan Cina mengatakan mereka akan mengikuti kesepakatan gencatan senjata.

Pemerintah Cina juga optimistis dengan kesepakatan tersebut. Mereka sempat diragukan tetap menjalankan kesepakatan gencatan senjata setelah memberikan ancaman dan meminta Kanada dan AS menarik tuntutan mereka kepada Meng, putri pendiri Huawei Ren Zhengfei.

Pada awal 2018, Trump menaikkan tarif impor barang-barang Cina dari sebesar 25 persen yang senilai 50 miliar dolar AS. Ia juga menaikan 10 persen tarif impor senilai 250 miliar dolar AS. Kenaikan tarif itu sebagai tanggapan atas keluhan kebijakan pengambilalihan teknologi.

Perusahaan-perusahaan asing mengeluh mereka harus memberikan teknologi mereka ke perusahaan-perusahaan Cina untuk bisa beroperasi di sana. Atas kenaikan tarif yang diberlakukan AS tersebut Cina pun membalasnya.

Mereka menaikan tarif impor barang-barang AS senilai 110 miliar dolar AS. Tapi mereka tidak dapat meningkatkan tarif impor lagi karena neraca perdagangan antara kedua negara tidak seimbang. Trump sudah mengancam untuk menaikkan seluruh tarif impor barang-barang Cina jika mereka tidak mengubah kebijakan.

Baca: Ekonomi Cina Disebut Turunkan Kemiskinan Dunia

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement