REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Lebih dari 1.000 warga Korea Utara (Korut) telah membelot ke Korea Selatan (Korsel) pada tahun ini.
Dilansir kantor berita Korsel, Yonhap, Selasa (18/12) kementerian unifikasi mengatakan jumlah warga Korut yang membelot ke Korsel mencapai 1.042 selama periode Januari-November 2018. Angka tersebut sama pada tahun lalu yang mencapai 1.045.
"Sejak Kim Jong-un menjabat pada 2012, sekitar 1.000-1.500 warga Korea Utara telah membelot ke Selatan setiap tahun," kata seorang pejabat kementerian unifikasi kepada wartawan. Menurut kementerian tersebut, hingga akhir November, pembelot Korut yang tinggal di Korsel berjumlah 32.381.
Pejabat itu juga mengatakan pemerintah telah bersifat "fleksibel" dalam memungkinkan organisasi kemanusiaan untuk berkomunikasi dengan warga Korut. Mereka juga diizinkan membawa bantuan ke Korut di tengah pencairan hubungan antar-Korea.
Selama periode Januari-November, Seoul telah mengizinkan enam kelompok sipil untuk membawa obat tuberkulosis, susu bubuk, dan tepung ke Korut dalam 14 kasus terpisah. Bantuan itu senilai 4,15 juta dolar AS.
Bantuan terigu tersebut merupakan yang pertama kalinya dikirim ke Korut sejak awal 2016, ketika ketegangan terjadi karena program nuklir dan rudal Korut. Tahun lalu, Korsel mengumumkan rencana untuk memberikan bantuan senilai 8 juta dolar AS kepada Korut melalui kelompok-kelompok kemanusiaan internasional. Tetapi, rencana tersebut belum dilaksanakan.
Pemerintah dilaporkan menunda rencana itu dengan mempertimbangkan kemungkinan pesan negatif yang bisa dikirimkan pada saat perundingan denuklirisasi dengan Korut sedang berlangsung dan sanksi internasional tetap berlaku, meskipun bantuan kemanusiaan tidak dibatasi di bawah sanksi.
Baca: Presiden Xi Jinping: Cina tak Ingin Mendominasi Dunia
Ikuti Whatsapp Channel Republika
