Kamis 20 Dec 2018 15:51 WIB

Korsel Ingin Kurangi Skala Latihan Militer dengan AS

Latihan militer Korsel dengan AS diperkecil untuk menghormati Korut.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Militer Korsel
Militer Korsel

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) ingin mengadakan latihan militer gabungan yang lebih kecil dengan Amerika Serikat (AS) tahun depan, menurut Kementerian Pertahanan AS pada Kamis (20/12). Latihan militer itu diperkecil untuk menghormati diplomasi nuklir dengan Korea Utara (Korut).

AS dan Korsel sebelumnya telah menangguhkan sejumlah latihan militer gabungan di tahun ini. Penangguhan dilakukan setelah ketegangan di semenanjung Korea mereda dan Washington memulai pembicaraan untuk membongkar program nuklir Pyongyang.

Korut telah mengecam latihan militer tahunan itu dan menyebutnya latihan untuk perang. Di masa lalu, latihan tersebut melibatkan ratusan ribu pasukan, kapal perang, dan pesawat terbang.

Setelah pembicaraan nuklir berlangsung, Seoul, dan Washington mendiskusikan kembali skala latihan militer reguler mereka, termasuk latihan militer 'Foal Eagle' pada awal 2019. Mereka juga akan mengadakan dua latihan militer simulasi komputer di tahun depan.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan bulan lalu, latihan militer Foal Eagle akan diatur kembali agar tetap pada tingkat yang tidak berbahaya bagi diplomasi dengan Korut. Kementerian Pertahanan AS menyampaikan rencananya kepada Presiden Korsel Moon Jae-in pada Kamis (20/12) sebagai bagian dari pengarahan kebijakan tahunannya.

"Latihan militer gabungan akan dilakukan sepanjang tahun setelah menyesuaikan skalanya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Rencana tersebut juga diperkirakan akan mempengaruhi latihan militer gabungan di musim panas, yang dikenal sebagai 'Ulchi Freedom Guardian'. Tahun lalu, latihan ini ditangguhkan untuk pertama kalinya dalam 28 tahun.

Presiden Moon mengatakan pertahanan kuat Korsel telah mendukung babak baru sejarah perdamaian di semenanjung Korea. "Tapi itu hanya perdamaian sementara. Kami harus membangun perdamaian abadi tahun depan," ujar dia.

Hubungan antara Korut yang komunis dan Korsel yang demokratis telah membaik tahun ini. Kedua negara itu secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Mereka telah mengadakan tiga pertemuan puncak dan menandatangani sebuah pakta untuk mendirikan zona larangan terbang, memindahkan ranjau darat, dan membongkar pos penjagaan di dekat perbatasan mereka yang dijaga ketat.

Shin Beom-chul dari Institut Asia untuk Studi Kebijakan di Seoul mengatakan, latihan militer yang lebih besar dapat ditinjau kembali jika tidak ada kemajuan dalam perundingan. "Jika tidak ada kemajuan yang dibuat pada musim panas, Amerika Serikat akan menghadapi tekanan besar di dalam negeri dan dapat mencoba untuk memulai kembali latihan Ulchi Freedom Guardian," kata dia.

Baca: Utusan AS Kunjungi Perbatasan Dua Korea Desa Panmunjeom

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement