Kamis 10 Jan 2019 20:12 WIB

Dubes Xiao Sayangkan Rumor yang Sudutkan Cina Soal Uighur

Xiao menegaskan, hanya segelintir orang dari Uighur yang melakukan kekerasan.

Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, antre makan siang di kantin saat jam istirahat, Jumat (3/1/2019).
Foto: ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie
Para peserta didik kamp pendidikan vokasi etnis Uighur di Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, antre makan siang di kantin saat jam istirahat, Jumat (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Duta Besar Cina Untuk Indonesia Xiao Qian menjelaskan persoalan yang terjadi terhadap Muslim etnis Uighur di Provinsi Xinjiang dalam kunjungannya di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.

Dalam kunjungannya, Kamis (10/1), Xiao ditemui Ketua Dewan Pelaksana Pengelola (DPP) MAJT Semarang Prof Noor Achmad, Ketua Dewan Penasehat Ali Mufiz yang juga mantan Gubernur Jateng.

Beberapa ulama hadir, seperti Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng KH Ahmad Darodji, Rais Syuriah PCNU Kota Semarang KH Hanif Ismail LC, dan Ketua PWNU Jateng KH Muzammil. Tampak pula, jajaran akademisi, antara lain Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Prof Edi Noersasongko, dan Wakil Rektor IV Universitas Negeri Semarang (Unnes) Agus Nuryatin.

Didampingi penerjemah, Xiao menegaskan sampai saat ini terdapat setidaknya 23 juta umat muslim di Cina yang tersebar di berbagai daerah, termasuk di Provinsi Xinjiang.

Secara panjang lebar, ia menceritakan hubungan baiknya dengan banyak kawan-kawannya yang muslim, termasuk semasa bersekolah yang sampai saat ini masih diingatnya.

Selama ini, kata dia, umat Islam di Cina yang tersebar di berbagai daerah tidak menghadapi persoalan apapun dalam menjalankan dan menunaikan peribadatan.

Terkait kondisi yang terjadi di Provinsi Xinjiang, khususnya terhadap etnis muslim Uighur, diakuinya, bukan merupakan persoalan agama, melainkan masalah hukum.

Provinsi Xinjiang, kata dia, merupakan daerah otonom dengan multi etnis, agama, dan budaya, tetapi ada segelintir etnis Uighur yang ingin memisahkan Xinjiang dari Tiongkok.

Xiao menegaskan, hanya segelintir orang dari Uighur yang melakukan kekerasan dan perlawanan untuk memisahkan diri, tetapi sebagian besar, termasuk dari suku Uighur tetap mendukung kesatuan negara. Ia menyayangkan beredarnya bermacam rumor terkait muslim etnis Uighur yang menyudutkan Cina. Padahal kondisi sebenarnya tidak seperti yang selama ini beredar.

Untuk menepis rumor yang keliru, Xiao telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh ulama di Indonesia, seperti dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk menjelaskan informasi yang sebenarnya.

Bahkan, Pemerintah Cina juga meminta para duta besar negara sahabat, termasuk Indonesia untuk berkunjung langsung ke Xinjiang dan melihat sendiri apa yang terjadi.

Sementara itu, Ketua DPP MAJT Semarang Prof Noor Achmad mengakui pentingnya kehadiran Duta Besar Cina untuk menjelaskan persoalan yang menimpa umat muslim di Xinjiang. "Tadi sudah dijelaskan bahwa persoalan suku Uighur merupakan persoalan internal Pemerintah CIna dalam menangani adanya separatisme yang dilakukan sebagian suku Uighur, bukan seluruhnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement