Jumat 15 Feb 2019 22:48 WIB

Bom Kashmir, Akankah Berdampak pada Hubungan India-Pakistan?

Dalam 24-48 jam ke depan akan menjadi jam-jam yang sangat krusial.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Bom Bunuh Diri
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Bom Bunuh Diri

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI— Bom bunuh diri di wilayah Jammu, Kashmir, meledak dan menewaskan setidaknya 44 persenel paramiliter India. Insiden ini kembali menguak luka lama antara dua negara serumpun di anak Benua India tersebut, yaitu India dan Pakistan. 

Bagaimanakah nasib hubungan kedua negara serumpun tersebut? Profesor Hubungan Internasional di Jindal School of International Affairs, Sreeram Chaulia, mengatakan serangan ini semakin meningkatkan ketegangan antara India dan Pakistan 'yang sudah berada dititik terendah'.

Baca Juga

Chaulia menambahkan kini India fokus untuk melakukan serangan balasan. "Termasukan opsi militer, isolasi diplomatik," katanya. 

Ada kemungkinan, kata Chaulia, menerobos perbatasan. Menurutnya mencabut hak istimewa dalam perdagangan tidak akan banyak melukai Pakistan. "Karena ketegangan kedua negara ekspor Pakistan kurang 1 miliar dolar AS ke India," kata Chaulia.

Chaulia mendukung tuduhan India terhadap Pakistan. Menurutnya sekarang, India harus melobi banyak pihak termasuk Cina dan Organisasi Kerjasama Islam. 

"Kami harus berpaling ke negara-negara Barat, untuk mencoba dan menciptakan konsensus kawasan yang tidak menerima serangan semacam ini dan mengubah perilaku Pakistan," tambahnya. 

Anggota US Institute of Peace, Moeed Yusuf, mengatakan situasi saat ini menciptakan krisis hubungan India-Pakistan. Kepada kantor berita AFP, Yusuf mengatakan dalam 24-48 jam ke depan akan menjadi jam-jam yang sangat krusial.  

"Hal ini bisa memburuk, harapannya India dan Pakistan akan kembali berbicara setelah pemilihan umum India tahun ini," katanya. 

Para pemberontak di Kashmir sudah berperang melawan pemerintah India sejak 1989. Tapi wilayah mayoritas Muslim ini memperbarui serangan mereka dan beberapa tahun terakhir ini juga sering terjadi unjuk rasa yang dilakukan generasi baru pemberontak Kashmir terutama di wilayah sebelah selatan. 

Mereka mendesak pemerintah India dengan kekerasan dan kampanye di media sosial. Gerakan anti-India terus tumbuh di wilayah ini terutama setelah ketua pemberontak yang terkenal, Burhan Wani dibunuh pasukan India pada tahun 2016 lalu.    

India menanggapi dengan keras unjuk rasa-unjuk rasa tersebut. Tapi justru membuat unjuk rasa semakin sering terjadi. Sejak tahun 1989 sudah 70 ribu orang yang tewas dalam pemberontakan atau penindasan di India.

Tahun lalu setidaknya ada 260 pemberontak, 160 warga sipil dan 150 pasukan India yang tewas karena kekerasan. Angka tertinggi sejak tahun 2009.   

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement