Selasa 19 Feb 2019 08:51 WIB

Baku Tembak Militer India Vs Gerilyawan Picu Ketegangan

Sembilan orang dinyatakan tewas dalam kontak senjata antara kedua pihak.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Serangan bom mobil di Kashmir
Foto: Gulfnews.
Serangan bom mobil di Kashmir

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR – Ketegangan meningkat setelah serangan bunuh diri terjadi di Kashmir, yang kini tengah disengketakan. Sembilan orang tewas Senin (18/2) dalam baku tembak yang terjadi saat tentara India mencari gerilyawan.

Pejabat Keamanan mengatakan, Pasukan pemerintah mengepung sebuah desa di daerah Pulwama selatan di ujung tempat para militan bersembunyi. Saat pasukan mulai melakukan pencarian, mereka datang di bawah tembakan keras, mengarah ke kontak senjata yang menewaskan empat tentara, tiga tersangka militan, seorang petugas polisi, dan seorang warga sipil.

Baca Juga

Tiga perwira militer, seorang perwira polisi senior dan tiga tentara lainnya terluka dalam operasi itu. 

Peristiwa ini terjadi setelah serangan bunuh diri Kamis lalu pada konvoi paramiliter yang menewaskan sedikitnya 40 tentara. Insiden tersebut dianggap sebagai serangan terburuk terhadap pasukan pemerintah India dalam sejarah Kashmir.

India menyalahkan Pakistan atas serangan dan menjanjikan "respons yang luar biasa". Pakistan telah memperingatkan India agar tidak menghubungkannya dengan serangan itu tanpa penyelidikan, dengan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari "retorika dan taktik" New Delhi yang dikenal untuk mengalihkan perhatian global dari manusia. 

India dan Pakistan masing-masing mengelola sebagian Kashmir. Akan tetapi keduanya mengklaim wilayah mayoritas Muslim secara keseluruhan. Serangan itu telah menyebabkan lonjakan ketegangan komunal di India yang mayoritas penduduknya Hindu. 

Video-video protes anti-Kashmir telah beredar di media sosial. Termasuk beberapa di antaranya dalam video tersebut ditayangkan siswa Kashmir dipukuli gerombolan kelompok nasionalis Hindu, dan diperingatkan untuk meninggalkan perguruan tinggi. 

Di pinggiran kota utara Ambala, sekitar 300 siswa Kashmir terpaksa meninggalkan akomodasi sewaan mereka oleh warga Hindu setempat, setidaknya tiga siswa yang dihubungi melalui telepon mengatakan kepada Associated Press.

Salah satu siswa yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan nama tengahnya, Ahmed, karena takut akan pembalasan dari universitasnya. 

Ia mengatakan, dirinya bersama teman-temannya merasa tidak aman meskipun ada keamanan polisi.

Para siswa Kashmir menyalahkan Partai Nasionalis Hindu yang dipimpin Perdana Menteri, Narendra Modi, karena memicu sentimen anti-Muslim, dan anti-Kashmir di India menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan tahun ini  

Di kota utara lainnya, Dehradun, setidaknya 20 siswa Kashmir terpaksa mengunci diri di kamar asrama mereka untuk keselamatan sampai polisi tiba, lapor surat kabar Times of India. Polisi di Dehradun mengatakan para siswa selamat, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement