Senin 16 Apr 2018 19:39 WIB

Shinzo Abe Dikabarkan akan Mengundurkan Diri

Shinzo Abe diduga terlibat skandal kronisme.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
PM Jepang Shinzo Abe
Foto: Reuters
PM Jepang Shinzo Abe

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe disebut akan mengundurkan diri dari jabatannya pada Juni mendatang. Hal itu disebabkan oleh anjloknya popularitas Abe akibat skandal kronisme yang menimpanya.

Tokoh yang menyebut Abe akan mengundurkan diri dari jabatannya adalah Junichiro Koizumi. Ia merupakan mentor politik Abe yang juga mantan perdana menteri Jepang. Koizumi mengatakan Abe akan mengundurkan diri dari jabatannya ketika parlemen Jepang memasuki masa reses.

"Situasinya semakin berbahaya. Bukankah Abe akan mengundurkan diri pada saat sesi parlemen berakhir?" kata Koizumi dalam sebuah wawancara yang diterbitkan majalah Aera edisi daring. Sesi parlemen Jepang sendiri akan berakhir pada 20 Juni mendatang.

Adapun skandal kronisme yang membekap Abe berkaitan dengan perlakuan istimewanya terhadap lembaga pendidikan Kake Gakuen. Lembaga pendidikan tersebut diketahui dijalankan oleh temannya, Kotaro Kake, yang hendak mendirikan sekolah kedokteran hewan.

Tak hanya itu, Abe juga dituding terlibat dalam transaksi penjualan tanah negara dalam skala besar kepada lembaga pendidikan Moritomo Gakuen. Lembaga pendidikan tersebut dilaporkan memiliki relasi cukup dekat dengan istri Abe, yaitu Akie Abe.

Skandal Moritomo Gakuen yang mulai mencuat ke permukaan pada 2017 itu turut menjerat Departemen Keuangan Jepang. Menteri Keuangan Jepang Taro Aso pun telah mengakui bahwa para pejabat di departemennya telah memalsukan dokumen yang berkaitan dengan penjualan tanah ke Moritomo Gakuen.

Kendati demikian Abe berulang kali membantah bahwa dia dan istrinya terlibat dalam penjualan tanah secara besar-besaran kepada Moritomo Gakuen. Ia pun menyangkal memberi perlakuan istimewa kepada lembaga pendidikan Kake Gakuen.

Walaupun telah membantah, dugaan keterlibatan Abe dalam kasus Kake Gakuen dan Moritomo Gakuen memicu kemarahan warga Jepang. Pada Sabtu (14/4) pekan lalu, sekitar 50 ribu warga Jepang menggelar demonstrasi di dekat gedung parlemen Jepang.

Dalam aksinya massa menyerukan agar Abe segera berhenti dari jabatannya. Mereka juga membawa poster dan spanduk yang bertuliskan "Abe telah berakhir" dan "Abe berhenti".

Sebuah survei yang dirilis stasiun televisi Jepang, Nippon TV, pada Ahad (15/4), menunjukkan dukungan publik terhadap Abe telah menurun menjadi 26,7 persen. Ini merupakan angka terendah sejak dia menjabat pada Desember 2012.

Sedangkan sebuah jajak pendapat yang diterbitkan surat kabar Asahi pada Senin (16/4), memperlihatkan dukungan terhadap Abe masih sedikit lebih tinggi dibandingkan hasil survei Nippon TV, yakni sebesar 31 persen. Kendati demikian, survei Asahi, sejalan dengan survei lainnya, menunjukkan dua pertiga responden tidak mempercayai penjelasan Abe bahwa dia tidak terlibat dalam skandal kronisme.

Anjloknya popularitas Abe menimbulkan keraguan tentang apakah ia mampu memenangkan jabatan sebagai perdana menteri untuk ketiga kalinya pada pemungutan suara September mendatang.

Koizumi selaku mentor politik Abe mengatakan jika Abe tetap berkukuh maju sebagai kandidat perdana menteri, hal itu akan merugikan kandidat lain dari partainya, yakni Liberal Democratic Party, pada pemilihan mejelis tinggi tahun depan.

Hingga saat ini pasar keuangan Jepang belum bereaksi atas anjloknya popularitas Abe. Sebab, masih cukup banyak investor yang berkeyakinan Abe akan terpilih kembali sebagai perdana menteri Jepang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement