Ahad 29 Apr 2018 00:48 WIB

Wiranto Mengaku Mendapat Undangan dari Aung San Suu Kyi

Wiranto saat ini tengah menghadiri KTT ke-32 ASEAN di Singapura.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto(kiri) bersama Ketua KPU Arief Budiman (Kanan)  memberikan keterangan kepada media usai melakukan pertemuan di Gedung KPU, Jakarta, Rabu, (6/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto(kiri) bersama Ketua KPU Arief Budiman (Kanan) memberikan keterangan kepada media usai melakukan pertemuan di Gedung KPU, Jakarta, Rabu, (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto diundang ke Myanmar secara khusus untuk bertemu dengan penasehat negara Aung San Suu Kyi. Wiranto di sela acara KTT ke-32 ASEAN di Singapura, Sabtu (28/4), mendapatkan undangan yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan Myanmar agar bisa berkunjung ke negara itu.

"Ada undangan untuk saya ke Myanmar bertemu Aung San Suu Kyi," katanya.

Undangan itu disampaikan menurut Wiranto sebagai sebuah kewajaran. Mengingat, selama ini Indonesia cukup aktif dalam membantu menyelesaikan konflik atau masalah-masalah pengembalian pengungsi dari Bangladesh ke Rakhine State, Myanmar.

Ia mengatakan, Indonesia sangat aktif bahkan Presiden RI Jokowi sempat mengunjungi kamp-kamp pengungsian beberapa waktu lalu menunjukkan kepedulian yang tinggi Indonesia terhadap persoalan itu.

"Indonesia istilahnya mengemban misi negara yang keempat untuk menjaga ketertiban, perdamaian dunia maka Presiden datang ke sana. Saya sebagai menteri yang membidangi masalah politik, hukum, dan keamanan mencoba untuk menjabarkan semangat Presiden itu untuk bagaimana ikut membantu masalah kemanusiaan di Rakhine State bisa segera terselesaikan," katanya.

Undangan itu menurut Wiranto terkait hal tersebut. Di mana, Myanmar akan meminta Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam menyelesaikan persoalan dalam negeri tanpa mendatangkan akibat yang fatal.

"Jadi undangan pada saya terkait dengan bagaimana Indonesia bisa memberikan pengalaman masa lalu yang barangkali dapat diterapkan di Myanmar," katanya.

Ia menambahkan, Myanmar dapat membuka diri kepada Indonesia karena rasa percaya yang telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo yang mampu meyakinkan bahwa posisi Indonesia netral dalam persoalan yang sedang terjadi. Indonesia mengambil orientasi untuk membantu mengatasi persoalan internal di Myanmar tanpa ada keinginan atau pretensi untuk melakukan infiltrasi ataupun intervensi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement