Rabu 23 May 2018 12:54 WIB

Kisah Ketua KPK Malaysia yang Tertekan di Era Najib

Saya diancam dipecat, pensiun dini, dan dipindahkan ke departemen pelatihan

Rep: Marniati/ Red: Budi Raharjo
Ketua Komisi Anti Korupsi (MACC) Malaysia, Mohd Shukri Abdull
Foto: Reuters
Ketua Komisi Anti Korupsi (MACC) Malaysia, Mohd Shukri Abdull

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemeriksaan mantan perdana menteri (PM) Malaysia Najib Razak oleh Komisi Antikorupsi Malaysia (The Malaysian Anti- Corruption Commission/MACC) menghadirkan sisi lain yang tak kalah menarik. Hal itu adalah pengakuan Kepala MACC Mohd Shukri Abdull.

Dengan mata berkaca-kaca, dia menceritakan pengalaman dalam menyelidiki skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang diduga melibatkan Najib yang juga merupakan politikus the United Malay National Organisation (UMNO).

Shukri menceritakan kembali ancaman kematian yang diperolehnya. Bukan hanya itu, dia juga dituduh sebagai pengkhianat. Ia mengungkapkan pengalamannya di kantor pusat MACC bersamaan dengan konferensi pers terkait pemeriksaan Najib.

Tiga tahun yang lalu, Shukri merupakan wakil kepala MACC. Ia memimpin penyelidikan dugaan penyelewengan dana negara 1MDB. Setelah 32 tahun mengabdi di MACC, Shukri memilih pensiun pada 2016.

Namun, PM Malaysia yang terpilih dalam Pemilu Malaysia 9 Mei lalu, Mahathir Mohammad, kembali menunjuk Shukri sebagai kepala MACC setelah Dzulkifli Ahmad mengundurkan diri. Najib terus membantah melakukan kesalahan setelah skandal 1MDB pertama kali muncul pada pertengahan 2015.

Namun, Shukri menjelaskan dengan penuh emosional bagaimana investigasi MACC yang dilakukannya saat itu ditekan oleh pemerintah yang berkuasa. "Saksi-saksi kami hilang, beberapa yang di wawancarai malah diperlukan oleh otoritas yang berbeda dan ditanyai tentang apa yang mereka katakan pada MACC, dan saya sendiri diancam akan dipecat, diminta untuk pensiun dini, cuti lebih awal, dan dipindahkan ke departemen pelatihan," katanya.

Sebelum penyelidik bisa mengajukan tuntutan, Shukri mengatakan, Najib memecat Jaksa Agung Abdul Gani Patail dan Wakil Perdana Menteri Muhyiddin Yassin. Mereka saat itu menyerukan agar Najib berhenti dari jabatannya.

Shukri mengaku bertemu Gani Patail sehari sebelum dia dipecat. "Dia bertanya padaku, 'Apakah kamu siap?'. Sebagai penyelidik senior, saya tahu apa maksudnya. Ini artinya jaksa agung siap untuk mengadili perdana menteri," ujarnya.

Menurut Shukri, mereka bertemu dengan beberapa menteri untuk mencoba meyakinkan bahwa kasus korupsi Najib benar terjadi. Tetapi, hanya Muhyiddin dan dua menteri lainnya yang siap untuk mengambil sikap.

"Kami ingin mengembalikan uang yang dicuri kembali ke negara kami. Sebaliknya, kami dituduh menjatuhkan negara, kami dituduh sebagai pengkhianat," kata Shukri sambil menahan air mata.

Jaksa Agung yang baru, Mohamed Apandi Ali, kemudian membebaskan Najib dari semua kesalahan. Ini setelah Najib menjelaskan 680 juta dolar AS yang disimpan di rekening banknya merupakan sumbangan dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Akhirnya, penyelidikan terhadap Najib dihentikan.

Saat itu, Shukri mengaku bersama rekan-rekannya melewati masa-masa yang menakutkan. "Peluru dikirim ke rumah saya. Saya tidak pernah memberi tahu istri atau keluarga saya. Saya bahkan tidak pernah membuat laporan polisi," katanya.

Shukri juga mendapatkan perlindungan polisi saat mengunjungi Amerika Serikat (AS) karena khawatir sedang dikuntit oleh agen keamanan Malaysia. Melangkah kembali ke MACC, Shukri melanjutkan penyelidikan 2015. Saat ini, ia fokus menyelidiki transfer 10,6 juta dolar AS ke rekening bank Najib.

MACC melacak transfer yang dilakukan melalui SRC International, unit 1MDB hingga dipindah ke Kementerian Keuangan pada 2012. Shukri mengaku gentar saat kembali ditawari posisi di MACC. "Kasus 1MDB dan SRC sangat menakutkan. Saya hampir mati menyelidiki kasus ini, jadi saya takut kembali," katanya. n reuters ed: muhammad iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement