Jumat 20 Jul 2018 14:37 WIB

Kedubes Malaysia di Cina Belum Tahu Informasi Soal Jho Low

Kedubes belum mengkonfirmasi penangkapan Jho Low oleh pihak berwajib Cina

Rep: Rizkyan Adhiyuda/ Red: Bilal Ramadhan
Low Taek Jho alias Jho Low
Foto: The Star
Low Taek Jho alias Jho Low

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kedutaan Besar (kedubes) Malaysia di Beijing mengaku belum mendapatkan informasi terkait penangkapan Low Taek Jho alias Jho Low di Cina. Mereka juga belum bisa mengonfirmasi terkait kebenaran ditangkapnya Low oleh otoritas Cina.

"Sejauh ini kami di kedutaan besar belum menerima informasi apapun terkait penangkapan Jho Low," kata Kedutaan Besar Malaysia di Cina seperti kepada kantor berita Bernama, Jumat (20/7).

Kabar tertangkapnya Jho Low dilaporkan oleh blog Sarawak yang memuat cerita bahwa stasiun radio Hong Kong, yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Jho Low telah ditangkap di Cina. Penangkapan Jho Low juga dimuat oleh tabloid Malaysia, China Press yang mengutip media massa asal Hong Kong.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berharap pemerintah Cina akan menyerahkan Jho Low. Ahli finansial asal Negeri Jiran itu menjadi salah satu tersangka dalam kasus penggelapan dana yang terjadi di 1Malaysian Development Berhad (1MDB).

Malaysia dan Cina diketahui tidak memiliki hubungan ektradisi. Meski demikian, Mahathir mengatakan, hal tersebut bukan berarti menjadi halangan bagi pemerintah Cina untuk menyerahkan Jho Low ke Malaysia.

Kendati, Mahathir hingga kini mengaku belum mengetahui tentang penangkapan Jho Low. Dia mengatakan, hanya mengetahui jika buronan negara itu kerap melompat dari satu tempat ke tempat lain.

Departemen Imigrasi Malaysia juga telah membekukan paspor kenegaraan milik Jho Low. Namun, dia dipercaya memilki paspor kewarganegaraan lain hingga mampu berpindah-pindah tempat.

Jho Low diyakini menggunakan paspor yang dikeluarkan oleh pemerintah Saint Kitts dan Nevis di Karibia. Sementara, Mahathir Mohamad dijadwalkan akan melakukan kunjungan kerja ke Cina dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada Agustus nanti.

Salah satu bahasan dari pertemuan kedua kepala negara itu adalah terkait negosiasi ulang kontrak mega proyek kedua negara dan sengketa Laut Cina Selatan (LCS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement