Rabu 15 Aug 2018 16:15 WIB

Korsel Ingin Bangun Rel Kereta Api ke Korut

Komunitas Asia Timur diharapkan dapat melahirkan blok energi dan ekonomi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saling berpelukan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in meminta untuk didirikannya jalan dan rel kereta yang terhubung dengan Korea Utara (Korut). Moon berharap kereta tersebut akan rampung dibangun pada akhir tahun nanti.

Moon juga menginginkan agar diciptakannya Komunitas kereta api Asia Timur Laut di antara kedua negara. Kantor Kepresidenan Korsel mengatakan, rencana tersebut nantinya juga akan melibatkan Cina, Rusia, Jepang dan Mongolia.

Kendati, keinginan Moon itu terbentur dengan sanksi internasional kepada Korut. Sanksi diberikan untuk menekan program nuklir yang dimiliki negara yang dipimpin oleh Presiden Kim Jong-un itu.

Menurut Moon, keberadaan akses itu akan membuat Korut dapat lebih terhubung. Lebih jauh, ia berpendapat, banyaknya komunikasi dan potensi kerja sama ekonomi bisa menjadi kekuatan pendorong menuju denuklirisasi.

Moon merujuk pada Uni Eropa (UE) menjadi model kerja sama perdagangan. Blok politik berawal dari komunitas perdagangan baja serta batubara.

"Meskipun penyatuan politik terlihat masih jauh, namun membangun perdamaian antara Selatan dan Utara serta kebebasan mengunjungi satu sama lain sambil membentuk komunitas ekonomi bersama adalah kebebasan sejati bagi kita," kata Moon kepada Yonhap seperti diwartakan Guardian, Rabu (15/8).

Moon mengatakan, komunitas ini nantinya akan melahirkan blok energi dan ekonomi di Asia Timur Laut dengan memperluas area cakupan ekonomi di kawasan utara. Dia melanjutkan, komuntas itu juga akan menjadi dasar dari kerja sama dan kesejahteraan sekaligus menjadi penanda dimulainya sistem keamaman multilateral di Asia timur laut.

Baca juga, AS-Korsel Sepakat tak Cabut Sanksi Korut.

Meski demikian, Moon menegaskan jika kerja sama ekonomi itu tidak akan terealisasi secara utuh selama Korut masih menyimpan persenjataan nuklir mereka. Berdasarkan KTT dengan AS, Pyongyang diminta untuk melucuti senjata nuklir secara menyeluruh dan terverifikasi.

Sementara, Presiden Moon dijadwalkan melakukan kunjungan Pyongyang pada September mendatang. Rencananya, Moon akan bertemu dengan Kim Jong-un. Korsel tampaknya akan berusaha membujuk Korut untuk mengambil langkah konkret terkait denuklirisasi. Ini akan menjadi pertemuan ketiga dari kedua kepala negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement