Sabtu 17 Nov 2018 01:15 WIB

Myanmar Tahan Ratusan Orang Kapal Rohignya

Kapal pembawa 106 orang itu menempuh pelayaran berbahaya.

Puluhan pengungusi Rohingya turun dari perahu setibanya di pesisir Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Selasa (11/9)
Foto: Danis Siddiqui/Reuters
Puluhan pengungusi Rohingya turun dari perahu setibanya di pesisir Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Selasa (11/9)

REPUBLIKA.CO.ID,  YANGON—  Petugas imigrasi Myanmar menahan lebih 100 tersangka warga Muslim Rohingya yang menumpang kapal di lepas pantai Yangon pada Jumat (16/11). 

Keadaan itu meningkatkan ketakutan atas gelombang baru pelayaran berbahaya setelah penumpasan terhadap para penyelundup orang pada 2015.

Menurut Pejabat Imigrasi dari Kotapraja Kyauktan, Kyaw Htay, kapal pembawa 106 orang tersebut dihentikan Jumat pagi sekitar 30 km sebelah utara kota terbesar di Myanmar itu dan polisi dalam proses untuk menyelidiki. 

"Kemungkinan mereka dari Rakhine. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka berangkali suku Bengali dari Rakhine," kata Kyaw Htay seperti dilansir Reuters. 

Banyak orang di Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, menyebut warga suku Rohingya sebagai orang-orang Bengali, menyiratkan mereka imigran ilegal dari Bangladesh. Myanmar tidak memandang Rohingya sebagai kelompok etnis asli negara itu.

Lebih 700 ribu orang Rohingya mengungsikan diri setelah tentara Myanmar melancarkan penumpasan di negara bagian Rakhine tahun lalu, menurut lembaga-lembaga PBB. 

Para warga Rohingya mengatakan tentara dan orang-orang setempat membunuh keluarga, membakar ratusan desa, dan melakukan perkosaan. Para penyelidik yang diberi mandat oleh PBB telah menuduh tentara Myanmar "berniat melakukan genosida" dan pembersihan etnis.

Myanmar membantah hampir semua tudingan, dengan mengatakan pasukan keamanan memerangi para teroris. Serangan-serangan oleh warga militan Rohingya, yang menyebut diri mereka Tentara Penyelamatan Rohingya, mendahului penumpasan oleh tentara.

Para pejabat dan pekerja bantuan mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa puluhan orang Rohingya di Myanmar dan Bangladesh telah menumpang kapal-kapal untuk, mencapai Malaysia, dalam beberapa pekan belakangan setelah akhir musim hujan awal Oktober.

Para pengamat memperingatkan, karena rute-rute penyelundupan ke Thailand telah terganggu dan perjalanan mahal dan berbahaya, makin banyak orang Rohingya memilih perjalanan yang lebih singkat dan murah di sepanjang Teluk Bengal di sebelah selatan Yangon.

 

 

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement