Kamis 29 Nov 2018 13:42 WIB

Indonesia Tawarkan Tiga Solusi Perdamaian Afghanistan

Peran ulama penting untuk mewujudkan Afghanistan damai dan bersatu.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri Luar Negeri Republika Indonesia, Retno Marsudi saat sesi wawancara bersama Republika di kantor kemenlu , Jakarta, Jumat (29/6).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Luar Negeri Republika Indonesia, Retno Marsudi saat sesi wawancara bersama Republika di kantor kemenlu , Jakarta, Jumat (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Menteri Luar Negeri Republik Indoensi (RI) Retno L P Marsudi mengajak semua pihak khususnya Indonesia tidak lelah mengupayakan pedamaian, meskipun langkah yang harus dilalui penuh dengan tantangan dan melelahkan. 

Hal itu dikatakannya dalam kesempatan Ministerial Conference in Afghanistan atau Konferensi Tingkat Menteri (KTM) di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa pada Selasa (27/12) dan Rabu (28/11) waktu setempat untuk membahas proses perdamaian menyoal Afghanistan.

Menlu menyampaikan, Indonesia sudah memiliki hubungan dengan Afghanistan dalam waktu yang sangat lama. Semisal  melalui kerja sama pendidikan, kesehatan, dan kontak antara orang-orang Afghanistan dan Indonesia. 

Dia menyebutkan tahun lalu, atas permintaan Presiden Afghanistan, Indonesia mulai terlibat secara lebih intensif dalam proses perdamaian di Afghanistan.

Dalam pertemuan di Jenewa, Indonesia yang diwakiki Retno menekankan pentingnya tiga hal. Pertama, membangun rasa percaya yang merupakan komponen yang sangat penting dalam proses perdamaian. 

"Indonesia siap untuk memfasilitasi upaya membangun saling percaya ini," ujar Menlu Retno dalam keterangam pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/11).

Kedua yakni pembangunan Afghanistan yang harus terus dilanjutkan. Retno secara khusus dalam hal ini menyinggung pentingnya pemberdayaan perempuan.

"Indonesia telah melakukan berbagai bantuan di bidang pembangunan ekonomi, antara lain melalui pembangunan kapasitas untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan perempuan serta memberikan akses pasar lebih besar untuk produk Afghanistan," ujarnya.

Ketiga, Retno juga menekankan pemberdayaan terhadap generasi muda harus terus dilakukan. Dalam kaitan ini, Indonesia siap untuk menerima 1.000 anak muda Afghanistan belajar di Indonesia.

"Terakhir, saya sampaikan pentingnya koordinasi dan sinergi semua upaya yang dilakukan masyarakat internasional," ujarnya.

Selain itu, Retno mengingatkan pentingnya peran ulama di Afghanistan guna meciptakan lingkungan yang kondusif bagi stabilitas Afghanistan.

"Sebagai negara yang demokratis, dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, serta pihak yang netral, Indonesia berpendapat bahwa ulama memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan yang baik untuk stabilitas di Afghanistan," ujar Menlu. 

Terkait peran ulama, pada Mei 2018, Indonesia telah menjadi tuan rumah Trilateral Ulema Conference yang mengundang Ulama-ulama dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia. Konferensi Ulama tersebut mengirimkan pesan kuat bahwa kekerasan dan ekstremisme tidak memiliki tempat dalam Islam.

KTM Jenewa bertujuan sebagai wadah bagi pemerintah Afghanistan untuk menyampaikan perkembangan proses perdamaian dan komitmen yang berkelanjutan untuk melakukan reformasi, demokratisasi, dan pembangunan di Afghanistan. 

Pertemuan juga dimaksudkan bagi international partners untuk mengkaji efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas dari kontribusi yang telah diberikan bagi pembangunan kembali Afghanistan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement