Selasa 04 Dec 2018 15:58 WIB

Afghanistan Perketat Keberadaan Milisi Swasta Bersenjata

Pasukan Afghanistan menghadapi perang butral sejak memegang peran dari NATO pada 2015

Militer Afghanistan menjaga pengamanan dalam pertemuan ulama di Kabul, setelah adanya serangan bom bunuh diri, Senin (4/6).
Foto: CNN
Militer Afghanistan menjaga pengamanan dalam pertemuan ulama di Kabul, setelah adanya serangan bom bunuh diri, Senin (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL— Pemerintah Afghanistan telah memutuskan untuk mengatur dan menyelaraskan milisi swasta, yang kontroversial, di tengah tudingan pelecehan.

Setelah pertemuan tingkat-tinggi keamanan di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, pada Senin (3/12), Dewan Keamanan Nasional negeri itu mengumumkan kebijakan dan prosedur untuk mensahkan orang dan kelompok bersenjata.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Penasehat Keamanan Nasional Hambullah Mohib.

Sejumlah kelompok swasta bersenjata telah muncul di berbagai daerah kantung di negara yang dicabik pertempuran itu selama beberapa tahun belakangan ini. 

Sebagian milisi tersebut telah bersekutu dengan pemerintah atau orang-orang di dalam pemerintah.

Namun, beberapa kelompok hak asasi manusia telah lama menyuarakan keprihatinan mereka berkaitan dengan gerombolan semacam itu.

Pada awal tahun ini, Presiden Mohammad Ashraf Ghani menginstruksikan lembaga pemerintah untuk mengumpulkan semua gerombolan dan orang semacam itu.

Namun, penangkapan komandan gerombolan tersebut, terutama Nezamuddin Qaisari dan Ali Pur, menyulut kemunduran ketika masyarakat etnik Uzbek dan Hazara, masing-masing, turun ke jalan guna menentang penangkapan itu.

Mereka memuji komandan tersebut sebagai pahlawan mereka melawan gerilyawan fanatik.

Dalam satu peristiwa paling akhir, pasukan Afghanistan menangkap Komandan Naveed, salah seorang komandan milisi semacam itu, di Provinsi Takhar pekan lalu.

Sebelumnya dilaporkan lebih dari 300 personel keamanan dan warga sipil Afghanistan, dan lebih dari seribu gerilyawan bersenjata tewas selama November dalam tanda peningkatan kerusuhan di negara yang diporak-porandakan perang tersebut.

Jumlah yang dikumpulkan Kantor Berita Anadolu menunjukkan telah ada lonjakan bukti pembunuhan di tengah desakan baru oleh AS bagi pembicaraan perdamaian dengan Taliban dalam perang selama hampir dua-dasawarsa di negeri itu.

Akibat tiga peristiwa besar pada November, lebih dari 100 nyawa telah melayang di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, Provinsi Ghazni, dan Helmand.

Peristiwa yang paling mematikan ialah satu pemboman bunuh diri dalam satu upacara keagamaan di jantung Kota Kabul, sehingga menewaskan 50 orang pada 20 November lalu.

Pasukan Afghanistan terus menghadapi perang brutal setelah mengambil-alih tanggung-jawab keamanan di seluruh negeri tersebut dari pasukan NATO pada 2015. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement