Kamis 20 Dec 2018 16:37 WIB

Militer Myanmar Kembali Gelar Operasi di Rakhine

Operasi militer dilakukan dengan pembersihan area sepanjang Pyu Ma Creek.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Muslim Rohingya tiba di Desa Thae Chaung, Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI DAW -- Militer Myanmar kembali menggelar operasi di Negara Bagian Rakhine. Hal itu dilakukan setelah empat Buddhis di sana dilaporkan diserang dan dua di antaranya tewas.

Kantor panglima tertinggi Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengumumkan tentang operasi tersebut di situs resminya pada Kamis (20/12). Dalam unggahannya disebut bahwa militer Myanmar sedang melakukan operasi pembersihan area di sepanjang Pyu Ma Creek di Kota Maungdaw, Rakhine.

Dilaporkan laman the Straits Times, kantor Min Aung Hlaing mengatakan, operasi dilakukan setelah dua Buddhis yang tengah memancing ditemukan tewas di sungai dengan leher tergorok. Keduanya ditemukan pada Senin (17/12).

Pada hari yang sama ditemukannya jasad, dua Buddhis lainnya yang sedang memancing di sungai diserang oleh enam pria berbahasa Bengali. Namun kedua Buddhis itu berhasil selamat karena segera dilarikan ke rumah sakit setempat.

Kendati demikian, kantor Min Aung Hlaing mengatakan otoritas Myanmar belum mengetahui identitas para pelaku penyerangan. Oleh sebab itu, operasi dilakukan di sekitar wilayah terjadinya penyerangan.

Rakhine dihuni oleh beberapa etnis minoritas Myanmar, salah satunya adalah Rohingya. Pada Agustus 2017, militer menggelar operasi pemburuan terhadap milisi Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) di Rakhine.

Namun, dalam operasi tersebut, masyarakat sipil Rohingya turut diserang dan dihabisi oleh para tentara Myanmar. Permukiman mereka pun dibakar. Setelah kejadian memilukan itu, lebih dari setengah juta Rohingya melarikan diri dan mengungsi ke Bangladesh.

Saat ini, setelah melalui proses cukup panjang, Myanmar dan Bangladesh telah memulai proses repatriasi para pengungsi. Namun PBB dan sejumlah negara masih melayangkan kritik kepada Myanmar dan meminta proses repatriasi dihentikan.

Alasannya adalah karena PBB menilai repatriasi belum dilakukan atas dasar sukarela. Selain itu, situasi dan kondisi di Rakhine belum sepenuhnya kondusif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement