Jumat 04 Jan 2019 07:58 WIB

Pejabat Turki dan AS Bahas Penyelidikan FETO

Kelompok FETO dituduh berada di belakang upaya kudeta di Turki

Gedung Konsulat Amerika Serikat di Istanbul, Turki.
Foto: AP/Lefteris Pitarakis
Gedung Konsulat Amerika Serikat di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Para pejabat Turki dan delegasi Amerika Serikat (AS) pada Kamis (3/1) bertemu di Ibu Kota Turki, Ankara, untuk membahas berbagai upaya guna menghadapi Organisasi Teroris Fetullah (FETO). Kelompok FETO dituduh berada di belakang upaya kudeta di Turki.

"Pertemuan 11-jam di Ankara Courthouse tersebut dihadiri oleh Wakil Kepala Jaksa Penuntut Umum Ankara Ramazan Dinc, Jaksa Penuntut Umum Ali Alper Saylan, para pejabat Kementerian Kehakiman Turki, dan delegasi AS (termasuk para pejabat FBI)," kata beberapa sumber Turki yang tak ingin disebutkan jati diri mereka karena keterbatasan untuk berbicara dengan media.

Baca Juga

Kemal Batmaz, yang disebut imam sipil kelompok FETO dan telah dijebloskan ke dalam penjara, dihadirkan di ruang dengar-pendapt untuk ditanyai, demikian laporan Kantor Berita Anadolu, Jumat (4/1). Namun ia dilaporkan menolak untuk memberi keterangan.

Selain Batmaz, dua orang lagi juga ditanyai. Pembicaraan itu, yang dijadwalkan diadakan pada Kamis dan Jumat, dipandang penting karena memajan peran pemimpin FETO, Fetullah Gulen, yang bermarkas di AS, dan kalangan dalamnya.

Jaksa Penuntut Umum Ankar sebelumnya telah mengkonfirmasi bahwa 'para imam sipil', yakni Batmaz, Adil Oksuz, Hakan Cicek, Harun Bisnis dan Nurettin Oruc, berada di AS pada Januari, Maret, dan Juni 2016, sebelum upaya kudeta Juli.

Para tokoh itu dikenal telah mengadakan pembicaraan dengan Gulen 'berkaitan dengan kudeta yang gagal' tersebut. FETO dan pemimpinnya, Gulen, melatar-belakangi kudeta yang gagal itu pada 15 Juli 2016, yang menewaskan 250 orang dan melukai hampir 2.200 orang lagi.

Ankara juga telah mengatakan FETO berada di belakang kegiatan yang sudah berlangsung lama guna menggulingkan negara melalui penyusupan ke berbagai lembaga Turki, terutama militer, polisi dan kehakiman.

Ankara telah lama mengupayakan pengekstradisian Gulen dan menyampaikan kekecewaan mengenai penundaan yang dilakukan pihak AS. Para pemimpin Turki dalam beberapa pekan belakangan telah mengatakan AS kini memperlihatkan minat yang lebih besar dalam kemungkinan pengekstradisian Gulen dan bertindak terhadap anggota FETO di Amerika Serikat.

Sebelum kudeta yang gagal dan tindakan keras sesudahnya, FETO dan anggotanya dituduh menjalankan pemerintah bayangan setelah mennyusupi berbagai lembaga negara Turki, termasuk militer dan lembaga kehakiman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement