Ahad 13 Jan 2019 05:01 WIB

Organisasi di Singapura Dapat Bantuan Tangani Berita Palsu

Singapura telah meluncurkan modul baru untuk memerangi kepalsuan daring.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Andri Saubani
Hoax. Ilustrasi
Foto: ABC News
Hoax. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Organisasi keagamaan di Singapura mendapatkan lebih banyak bantuan dalam menangani berita palsu. Singapura telah meluncurkan modul baru untuk memerangi kepalsuan daring yang akan menjadi andalan seminar kontra-terorisme bagi para pemimpin dan organisasi keagamaan.

Menteri Kebudayaan, Komunitas dan Pemuda (MCCY), Grace Fu meluncurkan modul pada Sabtu (12/1) di sebuah seminar kontra-terorisme untuk Kuil Buddha dan Tao. Diselenggarakan bersama Kepolisian Singapura dan MCCY, seminar ini dihadiri sekitar 170 pemimpin agama dan umat yang mewakili 50 organisasi.

"Memerangi kebohongan online adalah sesuatu yang kita ingin memperlengkapi para pemimpin komunitas kita untuk memiliki kemampuan untuk pertama-tama mendeteksi, mengidentifikasi, dan kemudian memiliki tanggapan," ujar Fu dilansir Channel News Asia, Ahad (13/1).

Ia menjelaskan, ras dan agama adalah target yang sangat mudah dengan area yang rentan terhadap garis patahan. Meskipun menikmati kepercayaan antaragama di Singapura, ia mengatakan negara itu selalu dipengaruhi peristiwa-peristiwa eksternal dan memperingatkan. Menurutnya, negara itu harus memiliki ketahanan untuk memerangi pengaruh-pengaruh.

"Itu harus sangat tepat waktu dan efektif dan itu sesuatu yang kamu tidak bisa membangun hanya ketika sesuatu terjadi. Kamu harus membangunnya sebelum insiden terjadi," jelas dia.

Presiden Yang Mulia Seck Kwang Phing dari Federasi Buddhis Singapura hadir di seminar kontra-terorisme tersebut. Ia mengatakan, penting bagi para jemaat memverifikasi setiap berita yang mereka ragukan.

"Karena beberapa dari mereka mungkin tidak membedakan dari apa yang benar atau salah. Jadi jika mereka ragu, mereka selalu dapat mendatangi kami, kami ada," kata Seck.

"Kalau tidak, mereka dapat menyebabkan masalah bagi diri mereka sendiri, organisasi mereka sendiri atau ke seluruh Singapura," lanjut dia.

Buklet penasehat yang tersedia dalam keempat bahasa juga diperkenalkan kepada para pemimpin agama. Hal ini dikembangkan oleh Angkatan Kepolisian Singapura dan MCCY memberikan panduan tentang mempersiapkan dan menangani serangan teroris, seperti insiden penyerang bersenjata.

Salah satu pedoman misalnya, menyarankan para pemimpin agama dan masyarakat untuk menunjuk seseorang untuk bertugas menyiapkan dan mengoordinasikan rencana respons untuk menghadapi kontinjensi. Orang itu juga harus membuat keputusan atas nama organisasi ketika serangan teror terjadi.

Dilakukan oleh Dewan Perpustakaan Nasional, modul ini berisi 30 menit ceramah yang berfungsi sebagai panduan bagi para pemimpin agama. Ini adalah bagian dari kampanye S.U.R.E, yang diluncurkan pada 2013 untuk menyoroti pentingnya literasi informasi dan penegasan informasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement