Kamis 14 Feb 2019 16:09 WIB

Larijani: AS Pembuat Onar Hubungan Iran dengan Jepang

Iran menyebut pertemuan di Polandia telah mati sebelum lahir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Ali Larijani
Foto: Reuters/Michaela Rehle
Ali Larijani

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Iran memiliki hubungan diplomatik yang sangat panjang dengan Jepang. Kedua negara itu sudah menjalani hubungan resmi sejak 1929. Kecuali ketika Perang Dunia II, kedua negara tersebut berusaha mempertahankan hubungan baik.

"Tapi AS sebagai pembuat onar menciptakan persoalan dalam perjalanannya," kata Ketua Parlemen Iran Ali Larijani, seperti dilansir di kantor berita IRNA, Kamis (14/2).

Larijani menekankan Amerika Serikat (AS) sebagai pembuat masalah. Ia mengatakan sebelumnya AS tertarik dalam membicarakan masalah nuklir dan bahkan membentuk kerangka kerja dalam isu tersebut. Tapi sejak Donald Trump menjadi presiden, AS meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015.

"Perilaku AS tidak disambut masyarakat internasional, tapi kami harus memantau scene-nya dan bertindak berdasarkan kepentingan jangka panjang, masalah ekonomi tidak akan berlangsung lama dan bisa diselesaikan, Eropa punya ide untuk bekerja sama dengan kami dan beberapa negara tertentu membuat mekanisme kerja sama dengan Iran," kata Larijani. 

Baca juga, Bom Bunuh Diri Tewaskan 27 Personel Pasuka Elite Iran.

Larijani mengatakan pembicaraannya dengan partai dan pejabat Jepang berjalan dengan positif. Jepang juga sangat tertarik untuk meningkatkan kerja sama dengan Iran. Larijani mengatakan perusahaan-perusahaan besar Jepang ingin berkerja sama dengan perusahaan Iran.

"Kedutaan besar Iran di Jepang diharapkan berusaha untuk mendorong perusahaan Jepang berinvestasi di Iran," katanya Larijani. 

Dalam kesempatan yang sama Larijani juga menanggapi tentang pertemuan yang diadakan AS di Warsawa, Polandia. Pertemuan tersebut untuk menyebarkan propaganda pemerintahan Donald Trump yang anti-Iran. Tapi banyak negara Eropa yang tidak menyambut baik pertemuan tersebut.  "Pertemuan Warsawa mati sebelum lahir," kata Larijani. 

Larijani menegaskan sanksi AS yang berlaku sejak November 2018 lalu tidak akan mempengaruhi hubungan Iran-Jepang. Ia mengatakan jika kedua negara merasa tertekan dengan sanksi tersebut maka merekalah yang rugi karenanya.

"Sanksi sepihak tidak akan bertahan lama," tambah Larijani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement