Sabtu 09 Mar 2019 03:17 WIB

Erdogan dan Guterres Bahas India-Paksitan

Ketegangan India-Pakistan meningkat usai serangan bom bunuh diri bulan lalu.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Gita Amanda
Foto yang diambil dari video pasokan PTV memperlihatkan  Komandan Abhinandan Varthaman, yang menjadi wajah dan simbol dari bentrok terbesar antara India dan Pakistan, berjalan melintasi perbatasan menuju India di Wagah, Pakistan, Jumat (1/3). Pakistan telah menyerahkan pilot India.
Foto: AP
Foto yang diambil dari video pasokan PTV memperlihatkan Komandan Abhinandan Varthaman, yang menjadi wajah dan simbol dari bentrok terbesar antara India dan Pakistan, berjalan melintasi perbatasan menuju India di Wagah, Pakistan, Jumat (1/3). Pakistan telah menyerahkan pilot India.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan komunikasi melalui sambungan telepon dengan Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam membahas India dan Pakistan pada Jumat (8/3) waktu setempat. Keduanya membahas perkembangan terakhir di perbatasan India-Paksitan.

Dilansir Anadolu Agency, Ketegangan India-Pakistan meningkat usai serangan bom bunuh diri bulan lalu terhadap konvoi paramiliter India di Kashmir. Akibat serangan tersebut 40 paramiliter India tewas.

Baca Juga

India menuduh Pakistan terlibat dalam serangan. Meski, Islamabad berulangkali menyangkalnya. Dinilai sebagai serangan balasan, India memborbardir kamp militan Muslim di Paskitan dan mengklaim beberapa militan tewas.

Selain membahas India-Pakistan, Direktorat Kepresidenan Turki juga menyatakan, bahwa Erdogan dan Guterres membicarakan soal Suriah. Keduanya membahas situasi terbaru di Suriah. Laporan terbaru muncul bahwa pasukan bersenjata Turki memulai patroli di wilayah Idlib, Suriah sebagai bentuk pengamanan wilayah agar mencapai perdamaian.

Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011. Kala itu rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang membabi buta. Sejak saat itu, PBB mencatat ratusan ribu orang dilaporkan terbunuh. Sementara lebih dari 10 juta orang lainnya mengungsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement