Ahad 10 Mar 2019 15:49 WIB

9 Polisi Myanmar Tewas dalam Bentrok dengan Arakan Army

Kejadian itu diprediksi akan meningkatkan ketegangan di Rakhine.

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Tentara Myanmar berjaga di bangunan yang rusak di Rakhine, Myanmar. (ilustrasi)
Foto: AP
Tentara Myanmar berjaga di bangunan yang rusak di Rakhine, Myanmar. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sembilan polisi Myanmar tewas dalam baku tembak dengan kelompok milisi Arakan Army di Negara Bagian Rakhine, Sabtu (9/3) malam. Kesembilan polisi tewas ketika anggota Arakan Army menyerang sebuah pos polisi di desa Yoe Ta Yoke.

"Pertempuran berlangsung sekitar 20 menit. Saya berada di desa saat itu dan saya mendengar suara tembakan, tapi penduduk desa tidak melarikan diri," kata seorang warga di Yoe Ta Yoke.

Belum ada keterangan resmi dari kepolisian Myanmar tentang insiden penyerangan tersebut. Namun kejadian itu diprediksi akan meningkatkan ketegangan di Rakhine.

Pada Januari lalu, Arakan Army sempat melakukan serangan serupa di utara Rakhine. Sebanyak 13 polisi tewas dalam kontak senjata.

Arakan Army merupakan salah satu kelompok milisi bersenjata yang berada di Rakhine. Anggotanya berasal dari berbagai etnis di wilayah itu yang mayoritas beragama Buddha.

Para pemimpin Myanmar telah bersumpah untuk menumpas semua kelompok milisi bersenjata di Rakhine. Hal itu pula yang memicu terjadinya krisis Rohingya.

Pada Agustus 2017, militer Myanmar melakukan operasi untuk memburu Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Operasi dilakukan setelah ARSA menyerang beberapa pos keamanan di wilayah tersebut.

Namun dalam operasinya, militer Myanmar turut menyerang warga sipil Rohingya. Setelah kejadian itu, lebih dari 700 ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Masifnya arus pengungsi ke wilayah perbatasan Bangladesh segera memicu krisis kemanusiaan. Para pengungsi Rohingya terpaksa harus tinggal di tenda atau kamp dan meggantungkan hidup pada bantuan internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement