Jumat 01 Mar 2019 07:22 WIB

Korea Utara Ancam tak Mau Lagi Berunding Soal Nuklir

Korea Utara menilai As kehilangan kesempatan untuk mencapai kesepakatan nuklir.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di Vietnam, Rabu (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Korea Utara memperingatkan bahwa pemimpinnya, Kim Jong-un kemungkinan sudah tidak memiliki keinginan untuk mencapai kesepakatan nuklir setelah gagalnya KTT antara Kim dengan Donald Trump.

Selama konferensi pers yang jarang dilakukan oleh para pejabat Korea Utara, Menteri Luar Negeri Ri Yong-Ho membantah klaim Presiden AS bahwa Kim telah menuntut penghapusan seluruh sanksi ekonomi. Dia menyatakan bahwa negaranya telah menawarkan proposal realistis untuk memulai proses denuklirisasi.

Baca Juga

"Amerika Serikat tidak menerima proposal kami berarti kehilangan kesempatan yang datang sekali dalam seribu tahun," kata Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son-Hui mengatakan kepada wartawan, dilansir di Bloomberg, Jumat (1/3).

Meski begitu, Kim memiliki opsi terbatas karena sanksi internasional menjerat ekonomi Korea Utara yang semakin goyah. Mendapatkan sejumlah dukungan ekonomi dari Cina kemungkinan akan sangat penting bagi rezim Kim.

Pemimpin Korut tersebut pada Januari membuat ancaman serupa untuk beralih ke 'jalur baru' jika Trump tidak mencabut sanksi dan kemudian melanjutkan untuk bertemu dengan presiden AS. Trump mengakhiri KTT awal dan mengatakan. "Kim ingin sanksi dicabut seluruhnya, dan kita tidak bisa melakukan itu," kata Trump.

Namun, Korut mengatakan negara itu hanya meminta keringanan dari sanksi yang diberlakukan pada 2016 dan 2017. Dia mengatakan itu berarti menghapus sanksi yang dijatuhkan oleh lima dari 11 resolusi PBB terhadap negara itu.

"Tawaran Korut itu termasuk menutup fasilitas plutonium dan uranium di Yongbyon di bawah pengawasan para ahli AS," kata Choe.

Yongbyon adalah kompleks yang luas dengan puluhan bangunan dan reaktor termasuk pemrosesan ulang plutonium dan fasilitas pengayaan uranium dan pusat penelitian. adalah aset penting kemampuan nuklir Korea Utara.

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders, berbicara kepada wartawan selama pemberhentian pengisian bahan bakar di Alaska setelah Trump kembali, mengkonfirmasi bahwa presiden telah diberi pengarahan tentang konferensi pers Korea Utara.

"Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki kesepakatan yang baik, bukan hanya sekadar kesepakatan," katanya.

AS memberikan Kim dengan bukti situs nuklir rahasia yang mengejutkan Korea Utara, menurut Trump. Menlu AS Michael Pompeo mengatakan bahwa bahkan tanpa Yongbyon, negara itu masih akan memiliki rudal, hulu ledak, dan unsur-unsur lain dari program nuklir yang tidak dapat diterima oleh AS.

Kemenlu Korut mengatakan kepada wartawan bahwa langkah tahap pertama seperti yang diusulkan Pyongyang tidak bisa dihindari untuk proses denuklirisasi lengkap. Dia menambahkan bahwa sikap Korut tidak akan pernah berubah dan bahwa itu bisa sulit untuk bertemu lagi.

"Kim merasa bahwa dia tidak mengerti cara orang Amerika menghitung. Saya memiliki perasaan bahwa Kim mungkin telah kehilangan keinginannya untuk bernegosiasi dengan Trump," kata Choe.

Konferensi pers yang diatur dengan tergesa-gesa oleh pejabat Korut adalah hal yang jarang dilakukan negara tersebut. Biasanya Korut menghindari keterlibatan langsung dengan media Barat dan berkomunikasi melalui pernyataan resmi.

Mereka mengumpulkan wartawan pada Jumat (1/3) lewat tengah malam waktu setempat. Menlu Ri menjelaskan dan kemudian Wakil Menlu Choe, tetap tinggal setelahnya untuk sesi tanya jawab.

KTT berakhir tiba-tiba sebelum pertemuan makan siang yang dijadwalkan di hotel Sofitel Legend Metropole yang ikonik di Hanoi. Para wartawan diantar keluar dari ruang makan yang disiapkan untuk kedua pemimpin dan asistennya, dan Gedung Putih mengumumkan telah ada perubahan jadwal.

Segera setelah itu, kedua pemimpin secara terpisah meninggalkan hotel dan Trump meninggalkan Vietnam lebih cepat dari jadwal. Trump menerima pujian bipartisan dari para pemimpin kongres AS karena keluar dari kesepakatan.

"Presiden Trump melakukan hal yang benar dengan berjalan pergi dan tidak menjadi  kesepakatan yang buruk demi foto media," kata Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, seorang Demokrat New York.

Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell dari Kentucky memuji presiden. "Kim Jong-un sekarang memiliki perjalanan kereta yang panjang ke rumah, dan dia akan punya waktu untuk merenungkan masa depan yang masih dalam genggaman Korea Utara," katanya.

Kehancuran KTT membuat saham global merosot karena masa depan perundingan nuklir AS-Korea Utara masih belum pasti. Sementara, Trump mengatakan pertemuan berakhir secara damai dengan jabat tangan, dia belum berkomitmen untuk KTT lain dengan Kim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement