Ahad 17 Mar 2019 12:25 WIB

Sosok Lilik Abdul Hamid, WNI yang Tewas di Christchurch

Lilik dikenal sebagai orang yang ramah dan peduli dengan warga sekitar.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Ani Nursalikah
Warga meletakkan bunga di depan Masjid Wellington, Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019).
Foto: Antara/Ramadian Bachtiar
Warga meletakkan bunga di depan Masjid Wellington, Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Sabtu (16/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington mengumumkan satu warga negara Indonesia (WNI) dinyatakan meninggal dunia dalam serangan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Korban bernama Lilik Abdul Hamid.

Sebelum menetap di Selandia Baru, almarhum bersama keluarganya berdomisili di Kota Tangerang, Banten. Hal itu diceritakan oleh salah satu tetangga almarhum yang dulu berada di satu kompleks perumahan di Tangerang, yakni Ineke Sulistyowati.

Baca Juga

Ineke bercerita, ia pertama kali mengenal sosok Lilik ketika dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). “Beliau ini orang yang baik,” kata Ineke, kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Ahad (17/3).

Menurut perempuan berusia 36 tahun itu, semasa hidup bertetangga, almarhum dan keluarganya adalah sosok yang sangat ramah dan peduli dengan warga sekitar. Ineke juga mengatakan, almarhum merupakan salah satu pembina remaja Muslim di kompleks perumahan tersebut.

Hubungan silaturahim antara orang tua Ineke dan keluarga almarhum pun terjalin dengan baik. Tidak hanya sebagai tetangga, tetapi sudah seperti keluarga sendiri.

“Tidak merasa beliau itu tetangga, berasanya saudara. Karena misalnya Lebaran gitu ya, kami beberapa kali liburan bareng (sekeluarga) ke luar kota atau sekitar Tangerang. Dulu zaman saya kecil itu, Lippo Karawaci masih baru ya, baru ada. Kami ke sana, jalan-jalan,” kenang Ineke.

Bahkan, saat almarhum Lilik bersama istri dan anaknya pindah ke Selandia Baru, komunikasi di antara kedua keluarga itu terus terjalin baik melalui aplikasi percakapan, maupun media sosial, seperti Facebook. Tidak hanya itu, meskipun rumah almarhum yang berada di Tangerang telah dijual, tetapi jika almarhum dan keluarganya sedang berkunjung ke Indonesia, mereka akan menyempatkan waktu bertamu ke rumah orang tua Ineke dan beberapa tetangga di kompleks perumahan itu.

photo

“Setelah pindah ke Selandia Baru, nggak lama (rumah almarhum) dijual, biasanya kan kebanyakan orang kalau sudah seperti itu, ya sudah dong. Lost contact saja ya. Tapi setiap kali beliau itu datang ke Indonesia, pasti mampir ke kami dan yang dituju memang salah satunya adalah ibu saya,” ujarnya.

Ia menambahkan, terakhir kali bertemu almarhum Lilik dan keluarga saat tahun baru 2018. Ketika itu, almarhum beserta keluarga mengunjungi rumah orang tua Ineke yang berada di Tangerang, Banten.

Di mata Ineke, sosok almarhum Lilik merupakan orang sangat ramah terhadap siapa pun. Tidak heran, almarhum memiliki banyak teman, baik di Indonesia maupun saat sudah berada di Selandia Baru. Sebab, sejak tinggal di Tangerang pun, menurut Ineke, almarhum sangat terbuka pada warga sekitar.

Ineke mengaku terkejut dan tidak menyangka almarhum Lilik, yang sudah ia anggap sebagai saudara, menjadi salah satu korban jiwa dalam serangan penembakan yang terjadi di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru.

“Makanya cukup kaget juga gitu ya,” ujar Ineke dengan suara yang bergetar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement