Senin 18 Mar 2019 17:47 WIB

Dua Perempuan Berhijab Dilecehkan di Selandia Baru

Kedua pempuan yang menjadi serangan verbal ketakutan untuk keluar rumah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Anggota masyarakat berduka di sebuah memorial bunga di dekat Masjid Al Noor di Deans Rd di Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019.
Foto: EPA-EFE/Mick Tsikas
Anggota masyarakat berduka di sebuah memorial bunga di dekat Masjid Al Noor di Deans Rd di Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID,AUCKLAND -- Ketika seluruh masyarakat Selandia Baru sedang berusaha menenangkan komunitas Muslim, dua orang perempuan diserang secara verbal. Mereka menjadi target serangan karena memakai hijab. Dua orang kakak-beradik itu diminta pulang ke negara mereka dengan kata-kata yang sangat kasar.

Serangan ini terjadi di stasiun kereta Mt Albert, Auckland. Keluarga mereka meyakinkan keduanya aman bagi mereka untuk keluar rumah. Tapi dua saudari itu justru ketakutan setelah keluar rumah karena serangan verbal yang mereka alami.

Baca Juga

Iqra, 21 tahun dan adiknya Asma mengatakan sekarang teman keluarga mereka sedang mempertimbangkan untuk melepas hijab saat berada di luar. "Bagi kami hal itu keputusan yang sangat mengganggu," kata Iqra kepada New Zealand Herald, Senin (18/3).

Ia berbicara secara terbuka tentang peristiwa yang terjadi pukul 13.00 siang itu karena ingin memperingatkan komunitas Muslim di Selandia Baru untuk berhati-hati saat berada di publik. Iqra juga menyarankan komunitas Muslim untuk selalu bepergian secara berkelompok. "Yang paling mengejutkan tidak terlihat petugas keamanan," katanya.

Iqra dan  Asma didekati seorang laki-laki yang sedang mabuk. Laki-laki itu tiba-tiba membentak para perempuan muda tersebut. "Apa yang kamu lihat? Saya benci para gadis, pulang ke negaramu!" kata laki-laki tersebut.

Iqra menggambarkan laki-laki itu berusia di pertengahan dua puluhan, pendek, memakai kaos warna putih, dan celana warna hitam. Iqra mengatakan ada seorang gadis muda Eropa yang duduk di sebelah laki-laki itu menangis saat ia dan adiknya dilecehkan.

"Perempuan itu sangat tertekan jadi kami pindah mendekati dia, saya melihat ke arah laki-laki itu dan ia mengatakan 'apa yang kamu lihat' dan berulang kali mengatakan saya harus pulang ke negara saya," kata Iqra.

Iqra mengatakan ia tidak percaya ada seseorang yang dapat mengucapkan kata-kata yang tak berperikemanusiaan seperti itu terutama setelah penembakan Christchurch. Ia menyadari memang hanya satu orang yang melakukan perbuatan tercela itu.

"Saya tahu hanya satu orang laki-laki dan sebagian besar mendukung Muslim, tapi ini sangat membuat tertekan," katanya.

Iqra tidak pernah mengalami pelecehan rasial semacam ini. Ia benar-benar sangat ketakutan. Ia menambahkan pada satu titik ia sempat mengeluarkan telepon genggamnya untuk melapor ke polisi ketika laki-laki tersebut kembali untuk ketiga kalinya.

"Di kepala saya ingin saya katakan 'saya pantas ada di sini seperti kamu' tapi tidak saya katakan karena saya takut memicunya terutama setelah apa yang terjadi di Christchurch," kata Iqra.

Iqra mengatakan sudah melapor kejadian tersebut ke polisi. Ia juga diberitahu polisi sudah mengenali laki-laki tersebut. Polisi pun mengkonfirmasi sudah menerima laporan Iqra.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement