Senin 18 Mar 2019 10:44 WIB

Nenek Ungkap Tarrant Berubah Setelah Traveling ke Eropa

Tahun lalu, Tarrant mengunjungi keluarganya di Australia dan berperilaku biasa.

Rep: Umi Soliha/ Red: Ani Nursalikah
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Foto: AP
Gambar yang diambil dari video terduga pelaku penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Nenek terdakwa pelaku penembakan massal di dua masjid Kota Christchurch, Marie Fitzgerald, berbicara di depan publik untuk pertama kalinya di kota asal mereka, Grafton, Negara Bagian New South Wales di Australia. Ia ditemani oleh paman pelaku, Terry Fitzgerald, menyampaikan kesedihan yang amat dalam atas korban meninggal dan terluka akibat penembakan yang dilakukan Brenton Tarrant.

“Kami sangat menyesal untuk keluarga di sana, untuk orang yang meninggal dan terluka. Saya tidak bisa memikirkan hal lain," kata pamannya di televisi Australia, Channel Nine, Ahad malam (17/3).

Baca Juga

Tarrant, seorang tersangka penganut supremasi kulit putih, didakwa melakukan pembunuhan pada Sabtu (16/3). Ia dijadwalkan mengikuti pengadilan kembali pada 5 April. Polisi mengatakan, ia kemungkinan akan menghadapi dakwaan lebih lanjut.

Marie mengatakan, perasaannya sangat hancur saat pertama kali melihat berita cucunya melakukan penembakan kepada jamaah shalat Jumat. Saat Tarrant duduk di bangku sekolah menengah atas, ia menghabiskan sebagian besar waktunya bermain gim dan mempelajari seluk-beluk komputer.

Dalam sebuah berita daring, Tarrant menyampaikan, ia tidak berminat bersekolah dan hampir tidak mencapai nilai kelulusan. Ia tidak melanjutkan berkuliah dan memutuskan bekerja sebagai instruktur kebugaran. Gaji hasil kerja dan uang warisan ia gunakan untuk berinvestasi pada mata uang digital

Marie mengatakan, setelah melakukan perjalanan sangat panjang di beberapa negara Eropa Barat dan Turki, Tarrant menjadi pribadi yang sangat berubah, seperti orang yang tidak mereka kenal sebelumnya. “Sejak dia bepergian ke luar negeri, aku pikir bocah itu telah berubah total menjadi bocah yang tidak kami kenal," katanya.

Tarrant mengunjungi Grafton setahun yang lalu untuk menghadiri perayaan ulang tahun saudara perempuannya. Menurut Marie, Tarrant berperilaku biasa seperti tidak ada keanehan dalam dirinya. Ia menambahkan, tidak hanya perasaannya yang kini hancur, tetapi perasaan seluruh keluarga Tarrant pun sangat hancur akibat perbuatan Tarrant.

Pada Senin, berdasarkan surat penggeledahan, polisi memeriksa semua rumah yang berada di kota pantai tengah utara New South Wales terkait dengan penyelidikan penembakan massal.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement