Senin 18 Mar 2019 18:36 WIB

Korban di Masjid Christchurch Maafkan Pelaku Penembakan

Ahmed tidak menaruh dendam mendalam kepada Brenton Tarrant, pelaku penembakan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Umat Muslim berdoa di taman di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3).
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Umat Muslim berdoa di taman di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID,CHRISTCHURCH -- Farid Ahmed telah kehilangan istrinya, Husna. Orang terkasihnya itu menjadi salah satu korban meninggal dalam insiden penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat pekan lalu. 

Tak mudah bagi Ahmed menerima kenyataan pahit itu. Namun, dia tak ingin perasaan yang berkecamuk di hatinya meruntuhkan mentalnya. Terlebih dia mengetahui bahwa Husna meninggal setelah menyelamatkan sekelompok Muslimah dan anak-anak keluar dari masjid.

 

Ahmed legawa. Ia pun mengaku telah memaafkan Brenton Tarrant, pelaku penembakan sadis di Masjid Al Noor. "Saya ditanya, 'bagaimana perasaanmu tentang orang yang membunuh istrimu?', dan saya berkata, 'saya mencintai orang itu karena dia adalah manusia, saudara lelaki saya'," katanya kepada New Zealand Herald pada Senin (18/3). 

 

Ahmed mengatakan dia tidak mendukung, apalagi membenarkan apa yang telah diperbuat Tarrant. "Dia salah. Tapi mungkin dia terluka, mungkin sesuatu terjadi padanya dalam hidupnya, tapi intinya adalah, dia adalah saudara lelaki saya," ucapnya. 

 

Dia menyatakan tak menaruh dendam mendalam kepada Tarrant. "Saya telah memaafkannya dan saya yakin jika istri saya masih hidup, dia akan melakukan hal yang sama," ujar Ahmed.

 

Bila ada kesempatan, Ahmed pun ingin bertemu dengan ibu Tarrant. Ahmed akan memeluknya dan memanggilnya "bibi". Hal itu pun akan dilakukannya bila bertemu dengan saudara perempuan Tarrant. "Saya akan memeluknya dan berkata 'kamu tidak berbeda dari saudara perempuanku'," katanya. 

 

Menurut Ahmed beberapa orang mungkin akan menganggapnya gila saat melakukan hal tersebut. "Tapi saya berbicara dari hati, saya tidak berpura-pura, jika saya mendapat kesempatan (bertemu ibu atau saudara perempuan Tarrant), saya akan memeluknya," ujarnya. 

 

Dia berharap Tarrant pun bisa memiliki sikap yang sama dengannya. Setelah insiden buruk itu, Ahmed berharap Tarrant dapat bercermin dan mengubah hidupnya. "Anda masih hidup, Anda punya kesempatan," kata Ahmed. 

 

Ahmed menilai, setiap manusia memang memiliki dua sisi, kejahatan dan kemanusiaan. Alih-alih membenci dan membunuh, dia mendambakan jika Tarrant mampu mengeluarkan sisi kemanusiannya. 

 

"Jika saya bisa mengubah satu orang dari kekejamanan menjadi kebaikan, saya akan merasa terhormat," ujar Ahmed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement