Selasa 19 Mar 2019 00:50 WIB

Polisi Segera Kembalikan Jenazah Penembakan Christchurch

Beberapa keluarga ingin memakamkan keluarganya di negara lain.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Seorang siswa memegang lilin saat peringatan untuk mengenang korban penembakan di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3/2019).
Foto: AP/Vincent Thian
Seorang siswa memegang lilin saat peringatan untuk mengenang korban penembakan di luar Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru, Senin (18/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Keluarga yang berduka akan mulai berpamitan dengan para korban penembakan di Christchurch dalam beberapa hari mendatang. Beberapa memilih untuk dimakamkan secara massal sementara yang lain mungkin memulangkan orang-orang terkasih ke negara lain.

Lima puluh orang tewas setelah seorang pria bersenjata menyerbu dua masjid pada Jumat (15/3) sore. Keluarga-keluarga telah menunggu dengan sabar agar tubuh saudara mereka dikembalikan, karena sudah menjadi tradisi pemakaman Muslim untuk dimakamkan secepat mungkin setelah meninggal dunia.

Baca Juga

Wakil Komisaris Polisi Wally Haumaha mengatakan bahwa polisi sadar keluarga menginginkan jenazah kembali dengan cepat dan polisi berusaha melakukannya. Jenazah pertama dimaksudkan untuk dikembalikan pada Ahad, tetapi ditunda sehingga bisa dikembalikan bersamaan dengan jenazah kedua.

Dia mengatakan polisi bertujuan untuk mengembalikan jenazah mereka pada pertengahan pekan. Beberapa jenazah mungkin dipulangkan ke negara lain, sementara yang lain mungkin dimakamkan dalam acara pemakaman massal.

"Ini waktu yang sangat sensitif untuk semua orang," kata Haumaha, dilansir di New Zealand Herald, Selasa (19/3).

Acara berkat kemarin dilakukan oleh Ngai Tahu dan tokoh masyarakat Muslim di masing-masing masjid. Haumaha mengatakan, berkat itu memberi orang kepercayaan bahwa masjid-masjid bisa dibuka kembali pada akhir pekan untuk shalat. 

Presiden Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, Mustafa Farouk memuji pekerjaan yang telah dilakukan. "Sementara komunitas kami sedang berduka, kami sedih dengan apa yang terjadi, kami terkejut, tetapi sebagai komunitas kami adalah komunitas yang ulet. Kami tahu kami hidup di negara tempat kami disambut, yang mencintai kami. Keterkejutan kami semakin tinggi karena kami tidak pernah berharap hal seperti itu akan terjadi di negara ini."

Dia mengatakan ekstremisme sayap kanan ingin membawa kebencian dan perpecahan bagi masyarakat Selandia Baru. Namun mereka gagal.

"Apa yang telah mereka lakukan, jika ada, telah meningkatkan cinta dan perasaan yang kita miliki untuk negara kita, dan curahan cinta, aroha, di Selandia Baru," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement