Jumat 22 Mar 2019 11:10 WIB

Peminat Jilbab Solidaritas untuk Christchurch Membeludak

Lebih dari 100 wanita mengenakan jilbab di Universitas Otago, Dunedin.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Mahasiswa di University of Otago mengenakan jilbab sebagai bentuk dukungan untuk Muslimah usai penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Kamis (21/3).
Foto: Radio NZ
Mahasiswa di University of Otago mengenakan jilbab sebagai bentuk dukungan untuk Muslimah usai penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Kamis (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DUNEDIN -- Lebih dari 100 wanita mengenakan jilbab di Universitas Otago, Dunedin, Selandia Baru sebagai tanda solidaritas dengan komunitas Muslim, Kamis (21/3). Ketua Asosiasi Mahasiswa Muslim Universitas, Hamzeh Obeidat (20 tahun) mengatakan pada pukul 11.00 waktu setempat, Mereka harus keluar dan membeli lebih banyak jilbab.

Mahasiswa ilmu kesehatan tahun pertama Shahad Alisamily (19), mengatakan dia telah memberikan tujuh hijab untuk acara tersebut dan dia tahu tentang wanita Muslim lainnya yang juga telah memberikan beberapa hijab. Dia kagum dengan tingkat dukungan.

Baca Juga

"Aku benar-benar terkejut, karena kupikir tidak banyak orang yang akan muncul. Banyak dari mereka sangat senang memakainya." kata Alisamily dilansir di Otago Daily Times, Jumat (22/3).

Dia menghabiskan beberapa jam memakaikan jilbab pada orang-orang. Hal yang menurutnya sulit karena dia tidak pernah memakaikan jilbab pada orang lain.

Acara itu terbuka untuk staf universitas dan para siswa. "Hari ini adalah hari tersibuk," kata Obeidat.

Scarves in Solidarity mendorong perempuan Selandia Baru mengenakan jilbab hari ini. Asosiasi tersebut juga memulai penggalangan dana mengumpulkan daftar belanja untuk keluarga Dunedin yang terkait penembakan masjid Jumat lalu di Christchurch.

Banyak orang Dunedin memiliki teman atau keluarga yang terpengaruh. Obeidat mengatakan dia juga pergi ke Christchurch pada Sabtu (16/3) untuk membantu. Sejak saat itu, dia telah kembali ke Dunedin dan asosiasinya adalah untuk memimpin pawai dari universitas ke Stadion Forsyth Barr untuk berjaga-jaga semalam.

"Kami memastikan kami saling menjaga," kata Obeidat.

Lulusan sekolah gigi, Marwa Aman-Nayle, mengatakan dia senang ada pertunjukan dukungan seperti itu, tetapi itu bukan hal yang mengejutkan. "Saya seorang Selandia Baru yang bangga dan saya dan akan bangga setelah kejadian ini. Selandia Baru adalah cinta, rasa hormat, kedamaian, kebaikan, dan keanekaragaman," kata dia.

Dia telah menerima dukungan luar biasa dari orang-orang di tempat kerja termasuk pelukan dan hadiah untuk dia dan keluarganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement