Jumat 22 Mar 2019 10:58 WIB

Solidaritas Hijab di Dunedin untuk Muslim Selandia Baru

Hari Hijab untuk membantu wanita Muslim merasa lebih nyaman di depan umum.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Hari solidaritas hijab di Dunedin, Selandia Baru untuk membuat muslimah nyaman usai penembakan di masjid Christchurch, Kamis (21/3).
Foto: RNZ/Tess Brunton
Hari solidaritas hijab di Dunedin, Selandia Baru untuk membuat muslimah nyaman usai penembakan di masjid Christchurch, Kamis (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DUNEDIN -- Mahasiswa Universitas Otago mengenakan jilbab sebagai bentuk solidaritas untuk wanita Muslim di Dunedin, Selandia Baru, Jumat (22/3). Beberapa perempuan Muslim mengatakan mereka takut mengenakan jilbab di depan umum setelah serangan Christchurch.

Asosiasi Mahasiswa Muslim Universitas memulai Hari Hijab untuk membantu wanita Muslim merasa lebih nyaman di depan umum. Itu bertepatan dengan Vigil for Peace korban penembakan masjid di Christchurch, di universitas pada sore hari.

Baca Juga

Seorang mahasiswa Maia Curtis awalnya diberitahu oleh teman-temannya untuk tidak mengenakan jilbab. Namun, dia memilih mengenakan jilbab begitu dia melihat komunitas Muslim mendukung acara tersebut.

"Ini sangat sakral bagi mereka, dan bagi mereka untuk bahkan menawarkan ini kepada kita dan dapat mengatakan 'hei, kami benar-benar bersedia untuk berbagi agama kami dengan kamu'. Mengapa kita tidak mengambil kesempatan untuk belajar tentang apa yang ada terjadi untuk mereka?" kata Curtis dilansir di Radio NZ, Jumat (22/3).

Dia mengatakan perempuan Muslim mengundang mereka belajar cara mengenakan jilbab dengan benar. "Bagaimanapun juga, kita tidak begitu berbeda, darah adalah darah, agama adalah agama, cinta adalah cinta," ujarnya.

Seorang siswa Muslim yang meminta untuk tetap anonim mengatakan dia senang melihat wanita mengenakan jilbab. "Saya sangat senang karena saya merasa semua penduduk Selandia Baru, mereka ingin menghormati kita, mereka ingin merasakan apa yang kita rasakan, mereka ingin menjadi kita selama sehari," katanya.

Dia menambahkan, kadang-kadang mereka takut keluar karena selalu ada orang yang memandangi kita dengan aneh. Dia berharap acara ini akan membuka mata mereka pada komunitas Muslim di sini.

Trotoar di depan klub staf universitas dengan cepat dipenuhi oleh orang-orang ketika kelompok kapa haka Te Roopū Māori mulai bernyanyi. Penjagaan dibuka dengan Mihi Whakatau dan pembacaan Alquran sebelum keheningan memenuhi kampus untuk mengingat mereka yang terbunuh dalam serangan Christchurch.

Sabrina Alahady berharap orang-orang akan mengakui islamofobia dan diskriminasi tidak memiliki tempat di Selandia Baru. Dia seorang Muslim yang memilih tidak mengenakan hijab.

"Tapi hari ini saya merasa sangat perlu untuk melakukan itu. Ada banyak orang yang saya kenal, teman dan keluarga, yang akan benar-benar takut mengenakan jilbab," kata Alahady.

Alahady mengenakan jilbab selama ibadah, mengatakan itu adalah tanda solidaritas. "Aku ingin bisa mengatakan 'Aku di sini berdiri bersamamu dan kamu tidak perlu takut'," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement