Kamis 11 Apr 2019 15:31 WIB

Negara Barat Khawatir Pengaruh Cina di Eropa Timur

Uni Eropa berusaha menghalau pengaruh Cina

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Cina.
Foto: ABC News
Bendera Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Cina berinvestasi di pabrik batu bara, jaringan telepon, jembatan besar, jalanan dan kereta api di negara-negara Eropa Timur dan Tengah yang kekurangan uang. Hal itu terjadi walaupun Uni Eropa sudah berusaha menghalau pengaruh Cina di benua itu.

Kroasia, anggota Uni Eropa menjadi tuan rumah pertemuan ke-8 Cina dan 16 negara di kawasan. Pertemuan tersebut fokus membahas perluasan bisnis dan jaringan lainnya antara Cina dan Eropa Timur serta Tengah, yang Beijing lihat sebagai pintu masuk mereka ke Eropa.

Baca Juga

Pertemuan yang digelar Kamis (11/4) di Dubrovnik ini disebut 16+1 initiative berisi negara-negara Eropa Timur dan Tengah yang mendukung ambisi Belt and Road Cina. Proyek investasi besar-besaran Negeri Tirai Bambu yang memicu keprihatinan negara-negara besar Uni Eropa atas meningkatnya cengkraman politik dan ekonomi Cina di kawasan.

Cina sudah berinvestasi miliaran dolar AS di berbagai proyek di Eropa Timur dan Tengah. Pemimpin-pemimpin negara Barat khawatir jika investasi Cina di negara anggota Uni Eropa dapat menurunkan standar lingkungan dan standar-standar lain yang sudah mereka tetapkan.

Masalah yang dikhawatirkan antara lain pelanggaran persaingan usaha, potensi peminjaman berlebihan yang mungkin dilakukan beberapa negara, kualitas konstruksi dan keamanan dalam proyek jaringan teknologi 5G yang dipasok perusahaan Cina. Kritikus juga mengatakan sebagai timbal balik ekspansi Cina di kawasan itu, Beijing harus memberikan perusahaan Eropa akses yang lebih besar lagi ke pasar mereka.

Pejabat tinggi pemerintah Cina berusaha untuk meredakan kekhawatiran atas persaingan tidak sehat yang dapat dilakukan perusahaan milik negara yang memiliki dukungan finansial pemerintah. Dalam kunjungannya ke Paris pekan lalu, Presiden Cina Xi Jinping sudah sepakat dengan pemimpin-pemimpin negara Eropa untuk membuat peraturan perdagangan internasional yang lebih adil.

Negara-negara yang ikut 16+1 ini antara lain Albania, Bosnia, Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Estonia, Hungaria, Latvia, Lithuania, Macedonia, Montenegro, Polandia, Romania, Serbia, Slovakia dan Slovenia. Ada 11 negara yang sudah menjadi anggota Uni Eropa dan lima negara lainnya juga ingin bergabung ke blok itu.

Cina memperluas Belt and Road dengan memberikan dorongan finansial kepada negara-negara Eropa yang paling membutuhkan, membantu mereka mendapatkan akses ke perdagangan dan investasi yang lebih luas lagi. Sebagian besar negara-negara Eropa Timur dan Tengah menyambutnya dengan baik.

Pakar strategi pembangunan Cina di City University of Hong Kong, Linda Tjia mengatakan tidak ada bukti yang mendukung kekhawatiran negara-negara Barat. Barat khawatir investasi Cina itu sebagai upaya menyembunyikan tujuan utama mereka yakin melakukan 'neo-kolonialisme' agar dapat mengeksploitasi Eropa Timur, Afrika dan negara-negara berkembang lainnya. 

"Pemimpin Eropa entah bagaiamana menunjukkan kepada rakyat mereka bahwa mereka tengah melindungi kepentingan nasional," kata Tjia.

Proyek infrastruktur Cina di kawasan termasuk rencana pembangunan kereta cepat dari Budapest, Hungaria ke Belgrade, Serbia. Relnya akan terkoneksi dengan pelabuhan Piraues, Yunani yang dikuasai Cina. Pintu masuk barang-barang Cina ke Eropa Timur dan Tengah.

Proyek itu mendapat sorotan dari Uni Eropa karena bank-bank milik pemerintah Cina yang akan menyediakan dananya dan perusahaan Cina yang akan memasok teknologi dan membangun proyek tersebut. Hal itu bertentangan dengan peraturan Uni Eropa yang mengharuskan proyek pekerjaan umum seperti rel kereta harus dipecah ke dalam segmen-segmen kecil untuk menarik banyak kontraktor.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang anti-kebijakan demokrasi mengatakan hubungan Hungaria-Cina berdasarkan 'asas saling menghormati'. Pada tahun lalu Hungaria tidak ikut menandatangani laporan Uni Eropa yang mengkritik rekor pelanggaran hak asasi manusia dan kebijakan perdagangan Cina. 

Di Serbia, calon anggota Uni Eropa, perusahaan-perusahaan Cina membangun berbagai jembatan dan jalan tol. Mereka juga membangun pabrik tenaga listrik tenaga batu bara meskipun di dalam negeri mereka sendiri Cina sedang berusaha menerapkan proyek energi terbarukan dan mengurangi penggunaan energi yang dapat habis demi menekan polusi bahan bakar fosil.

Pengamat asal Serbia Mijat Lakicevic mengatakan negara Balkan yang letaknya strategis antara Barat dan Timur menjadi tempat yang sempurna bagi Cina. "Cina dapat mewujudkan konsep ekonominya, cara negara itu untuk masuk ke pasar (Eropa Timur), tanpa harus memperhatikan proses penawaran atau standar polusi," kata Lakicevic.

Kandidat anggota Uni Eropa, Bosnia berselisih dengan blok itu karena keputusan mereka mengeluarkan jaminan publik untuk pinjaman senilai 600 juta euro dari bank Eksport-Impor Cina. Pinjaman itu untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar di Bosnia.

Pengawas bidang energi Uni Eropa sudah memperingatkan Bosnia bahwa keputusan tersebut dapat menjadi penghalang untuk bergabung dengan Uni Eropa. Karena artinya mereka melanggar peraturan lingkungan dan subsidi Uni Eropa.

"Hal ini meningkatkan pertanyaan serius atas komitmen negara-negara Balkan terhadap perjanjian internasional dan peraturan Eropa," kata Komisioner bidang kebijakan lingkungan dan perluasan Uni Eropa Johannes Hahn.

Perusahaan-perusahaan Cina juga terlibat dalam pembangunan jembatan senilai 380 juta dolar AS di Kroasia. Sebuah jembatan yang menghubungkan dua pantai yang melewati Laut Adriatik yang menghubungkan Adriatik di Montenegro dengan Serbia.

Badan Keamanan Siber dan Informasi Nasional Republik Ceko mengikuti peringatan pemerintah Amerika Serikat atas penggunaan perangkat keras dan lunak dua perusahaan Cina yakni Huawei dan ZTE. Tapi hal itu tidak mengubah sikap positif Presiden Ceko Milos Zeman terhadap Huawei.

Secara terbuka Zeman mengkritik badan pengawas Ceko tersebut. Ia mengatakan langkah itu melukai kepentingan perdagangan Republik Ceko serta dapat berdampak pada rencana investasi Huawei sebesar 379 juta dolar AS dalam jaringan 5G di Ceko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement