Rabu 17 Apr 2019 09:25 WIB

Gambar Satelit Tunjukkan Aktivitas di Situs Nuklir Korut

Terdapat lima gerbong khusus di situs nuklir Korut Yongbyon.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Citra satelit yang disebut peneliti dari Beyond Parallel, sebuah proyek CSIS, menunjukkan Laboratorium Radiokimia di Yongbyon Nuclear Research Center di North Pyongan, Korea Utara, 12 April 2019. Foto dirilis pada 16 April 2019.
Foto: CSIS/Beyond Parallel/DigitalGlobe 2019 via REUTERS
Citra satelit yang disebut peneliti dari Beyond Parallel, sebuah proyek CSIS, menunjukkan Laboratorium Radiokimia di Yongbyon Nuclear Research Center di North Pyongan, Korea Utara, 12 April 2019. Foto dirilis pada 16 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah lembaga riset Amerika Serikat (AS) menyatakan, gambar satelit dari pekan lalu menunjukkan pergerakan di situs nuklir utama Korea Utara (Korut) yang dikaitkan dengan pemrosesan ulang bahan radioaktif menjadi bahan bakar bom.

Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington menyatakan dalam sebuah laporan, citra satelit dari situs nuklir Korut Yongbyon, mulai 12 April menunjukkan lima gerbong khusus di dekat Fasilitas Pengayaan Uranium dan Laboratorium Radiokimia.

Baca Juga

"Di masa lalu, kereta api khusus ini tampaknya telah dikaitkan dengan pergerakan bahan radioaktif atau pemrosesan ulang. Kegiatan saat ini, bersama dengan konfigurasinya, tidak mengesampingkan kemungkinan keterlibatan mereka dalam kegiatan tersebut, baik sebelum atau setelah pemrosesan ulang," kata laporan itu.

Gerakan mereka dapat mengindikasikan transfer bahan radioaktif. Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar mengenai masalah-masalah intelijen.

Setiap kegiatan pemrosesan ulang baru menandakan kegagalan pertemuan puncak kedua, antara Presiden AS, Donald Trump dan pemimpin Korut, Kim Jong-un di Hanoi pada akhir Februari. Pertemuan yang dilakukan menuju denuklirisasi Korut.

Seorang pakar Korut di lembaga riset Stimson Center, Jenny Town mengatakan, jika pemrosesan ulang berlangsung, itu akan menjadi aktivitas nuklir yang lebih signifikan. Pembicaraan AS-Korut pada tahun lalu, dan pertemuan kedua di Hanoi tidak mencapai kesepakatan.

"Karena tidak ada perjanjian dengan Korut tentang Yongbyon, akan menjadi waktu yang menarik jika mereka memulai sesuatu dengan begitu cepat setelah Hanoi," kata Town.

Town mengatakan, setiap pekerjaan pemrosesan ulang baru di Yongbyon akan menekankan pentingnya fasilitas dalam program nuklir Korut. "Ini akan menggarisbawahi bahwa itu adalah fasilitas aktif yang meningkatkan stok bahan fisil Korut untuk meningkatkan tempat penyimpanannya," kata dia.

Trump telah bertemu Kim dua kali dalam setahun terakhir untuk mencoba membujuknya meninggalkan program senjata nuklir yang mengancam AS. Kemajuan terkait denuklirisasi sejauh ini masih sedikit.

Pembicaraan Hanoi gagal setelah Trump mengusulkan, sanksi terhadap Korut akan dicabut, jika mereka menyerahkan semua senjata nuklir, dan bahan ke AS. Sementara Trump menolak langkah denuklirisasi parsial yang ditawarkan oleh Kim, termasuk tawaran untuk membongkar situs Yongbyon.

Pejabat AS mengatakan, Korut terus memproduksi bahan fisil yang dapat diproses untuk digunakan dalam bom. Kim telah mempertahankan penghentian uji coba rudal, dan nuklir sejak 2017.

Pekan lalu, Kim mengatakan, ketidaksepakatakan di Hanoi meningkatkan risiko terjadinya ketegangan. Ia hanya tertarik bertemu Trump lagi jika AS datang dengan sikap yang benar.

Kim mengungkapkan, ia akan menunggu AS sampai akhir tahun ini. Kemudian pada Senin, Trump dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menepis permintaan ini. Pompeo mengatakan sebelumnya Kim harus menepati janjinya untuk melepaskan senjata nuklirnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement