Ahad 21 Apr 2019 19:28 WIB

185 Orang Tewas, Siapa Pelaku Pengeboman Sri Lanka?

PM Sri Lanka mengutuk serangan para pengecut ini.

Rep: Lintar Satria/Reuters/AP / Red: Joko Sadewo
 Tentara Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan daerah di sekitar Kuil St. Anthony setelah ledakan di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).
Foto: AP/Eranga Jayawardena
Tentara Angkatan Darat Sri Lanka mengamankan daerah di sekitar Kuil St. Anthony setelah ledakan di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Setidaknya 185 orang tewas dan ratusan lainnya dilarikan ke rumah sakit dalam ledakan di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Sri Lanka. Petugas keamanan setempat mengatakan ledakan yang terjadi pada Hari Raya Paskah ini, menjadi serangan paling mematikan sejak perang saudara yang berakhir 10 tahun yang lalu.

Salah satu petugas keamanan mengatakan dua ledakan diduga dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Petugas tersebut tidak bisa disebutkan namanya karena ia tidak berwenang menyebarkan informasi ini.

Petugas itu mengatakan para korban adalah jemaat gereja dan pengunjung hotel. Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengadakan pertemuan dewan keamanan nasional di rumahnya usai ledakan terjadi.

"Saya sangat mengutuk serangan pengecut yang dilakukan terhadap rakyat kami hari ini, saya meminta rakyat Sri Lanka untuk tetap bersatu dan kuat dalam masa sulit ini, mari hindari laporan propaganda dan spekulasi yang tidak terverifikasi, pemerintah segera melakukan langkah untuk menangani situasi ini," kata Wickremesinghe, media sosial Twitter, Ahad (21/4).

Ledakan ini mengingatkan perang saudara yang pernah terjadi di Sri Lanka. Ketika mereka berperang melawan pemberontak Tamil. Kelompok itu mengincar Bank Negara, mal, kuil buddha dan hotel yang ramai dikunjungi turis. Gereja Santa Anthony dan tiga hotel yang meledak berada di kota terbesar di Sri Lanka, Colombo. Daerah yang sering dikunjungi wisatawan asing.

Kelompok Kristen mengaku dalam beberapa tahun terakhir ini intimidasi dari kelompok ekstrimis Buddha semakin meningkat. Pada tahun lalu  komunitas Buddha Sinhalese juga bentrok dengan minoritas Muslim.

Beberapa anggota ekstrimis Buddha mengatakan para Muslim memaksa mereka masuk Islam. Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.

Namun, India Today melaporkan sepuluh hari sebelumnya kejadian polisi Sri Lanka sudah memperingatkan tentang bom ini. Peringatan itu menyebutkan tentang serangan teroris yang mengincar sejumlah gereja terkenal di seluruh Sri Lanka. Pihak berwenang pun sudah memperketat pengamanan.

"Intelijen luar negeri sudah melaporkan NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana melakukan serangan bunuh diri yang mengincar gereja terkenal dan juga komisi tinggi India di Colombo," kata peringatan itu, seperti dilaporkan India Today.

Juru bicara Rumah Sakit Nasional Colombo Dr. Samindi Samarakoon mengatakan rumah sakitnya menerima 47 jasad termasuk sembilan orang warga asing. Samarakoon mengatakan saat ini rumah sakitnya masih merawat 200 orang yang terluka.

Stasiun televisi setempat menunjukan gambar kerusakaan yang terjadi di hotel Cinnamon Grand, Shangri-La dan Kingsbury. Restoran lantai dua Shangri-La hancur oleh ledakan bom. Atap dan jendelanya berantakan. Kabel-kabel bergelantungan dan meja-meja terbalik di lantai yang menghitam.

Polisi masuk ke dalam hotel untuk memeriksa jasad yang berada di restoran. Di luar polisi menjejerkan tiga jasad yang ditutupi dengan kain warna putih.

Alex Agieleson, yang berada di dekat Gereja Santa Anthony mengatakan ketika ledakan terjadi gereja terlihat bergoyang. Ia melihat sejumlah orang yang terluka di bawa dengan mobil ambulan.

Sebuah sumber dalam pasukan penjinak bom polisi mengatakan, bahwa salah satu ledakan terjadi di Gereja St Anthony di Kochcikade, Kolombo. "Orang-orang kami terlibat dalam evakuasi korban," kata sumber itu.

 

Media setempat melaporkan ledakan juga terjadi di Gereja Santa Sebastian yang berada di Negombo. Wilayah mayoritas Katholik yang berada di sebelah utara Colombo. Ledakan juga terjadi di Gereja Zion di sebelah timur kota Batticaloa.

Di halaman Facebook mereka Gereja Santa Sebastian meminta bantuan. Ledakan menghancurkan atap dan merusak pintu serta jendela gereja itu. Rekaman stasiun televisi setempat memperlihatkan sejumlah orang yang terluka di bawa kursi gereja yang penuh darah.

Pejabat keamanan Sri Lanka mengatakan mereka masih terus melakukan investigasi. Polisi langsung menutup lokasi-lokasi ledakan.

India Today melaporkan sampai saat ini diperkirakan ada 35 orang asing yang menjadi korban tewas ledakan ini. Belum diketahui dari negara mana saja orang asing.

Presiden Maithripala Sirisena mengatakan ia sudah memerintahkan pasukan khusus kepolisian dan militer untuk menyelidiki siapa yang berada dibalik serangan ini dan apa agenda mereka. Juru bicara militer mengatakan militer sudah diterjunkan dan pengamanan di Bandara Internasional Colombo sudah diperketat.

Pasukan Sri Lanka berhasil mengalahkan pemberontak Tamil pada tahun 2009 lalu. Perang saudara tersebut dipicu karena pemberontak Tamil ingin memiliki negara sendiri untuk etnis minoritas Tamil. PBB memprediksi ada sebanyak 100 ribu orang yang tewas dalam perang selama 26 tahun itu.

Tapi panel PBB mengatakan sebanyak 45 ribu warga Tamil tewas dalam beberapa bulan terakhir perang tersebut. Pemerintah Sri Lanka dan pemberontak Tamil Tiger sama-sama dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Banyak pihak baik di dalam negeri maupun luar negeri yang meminta penyelidikan tentang pelanggaran hak asasi manusia tersebut.

Pada tahun lalu  National Christian Evangelical Alliance of Sri Lanka (NCEASL), aliansi lebih dari 200 gereja dan organisasi Kristen Sri Lanka mengumumkan ada 86 insiden diskriminasi, ancaman dan kekerasan terhadap warga Kristen. Tahun ini NCEASL mencatat ada 26 kejadian.

Salah satu terjadi pada 25 Maret lalu ketika salah satu biksu Buddha berusaha menginterupsi Misa Minggu. Berdasarkan sensus tahun 2012 lalu dengan populasi 22 juta orang, 70 persen warga Sri Lanka beragama Buddha. Sebanyak 12,6 persen beragama Hindu; 9,7 persen beragama Islam dan 7,6 persen Kristen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement