Senin 22 Apr 2019 07:59 WIB

Bom di Sri Lanka, Tujuh Orang Ditangkap

Ledakan bom pada Minggu Paskah di sejumlah gereja dan hotel mewah di Sri Lanka.

Red:
abc news, bom sri lanka, sri lanka
abc news, bom sri lanka, sri lanka

Ledakan bom pada Minggu Paskah di sejumlah gereja dan hotel mewah di Sri Lanka telah menewaskan sedikitnya 140 orang dan melukai lebih dari 400 orang.

Delapan serangan bom di Sri Lanka:

  • Sebanyak delapan lokasi telah menjadi sasaran serangan bom, termasuk gereja-gereja Kristen dan hotel-hotel mewah
  • Tidak ada yang segera mengklaim bertanggung jawab atas atas serangan teror bom yang belum pernah terlihat sejak perang saudara di Sri Lanka 10 tahun lalu
  • Perdana Menteri Sri Lanka mengumumkan diberlakukannya jam malam dengan efek langsung, dan menutup situs media sosial dan layanan pesan

Sejauh ini, delapan ledakan telah dilaporkan - tiga di kebaktian gereja, tiga di hotel, satu di luar kebun binatang di selatan ibukota Kolombo, dan satu lagi di pinggiran kota.

Sebanyak tujuh orang telah ditangkap dan tiga petugas polisi tewas dalam serangan yang dilakukan pasukan keamanan di sebuah rumah di ibukota Sri Lanka beberapa jam setelah terjadinya serangkaian ledakan bom, yang menurut beberapa pejabat adalah serangan bom bunuh diri.

Serangan-serangan itu merenggut nyawa sedikitnya 27 orang asing, pada hari kekerasan yang belum pernah dilihat Sri Lanka sejak perang saudara berakhir satu dekade lalu

Lebih dari 50 orang tewas di gereja Katolik bergaya gothic St Sebastian di Katuwapitiya, utara Kolombo, kata seorang pejabat polisi kepada Reuters, dengan foto-foto yang memperlihatkan mayat-mayat bergelimpangan di tanah, darah berceceran di bangku-bangku dan atap yang hancur.

Sejumlah media melaporkan 25 orang tewas dalam serangan terhadap sebuah gereja evangelis di Batticaloa, sebuah provinsi yang terletak di timur negara itu.

Serangan lain menargetkan jemaat gereja St Anthony's Shrine di pusat kota Kolombo, tetapi belum bisa dipastikan jumlah korban di lokasi tersebut.

Tiga hotel terkenal di Kolombi juga turut menjadi target serangan bom yakni hotel Shangri-La Colombo, Kingsbury Hotel di Colombo dan Cinnamon Grand Colombo. Belum dipastikan juga apakah ada korban di ketiga hotel tersebut.

Polisi mengatakan ledakan ketujuh menghantam sebuah hotel di Dehiwela, dekat Colombo, sementara seorang juru bicara militer mengkonfirmasi ledakan kedelapan di Dematagoda di pinggiran ibukota.

Di antara warga asing yang tewas adalah satu warga negara Belanda, satu warga negara China, satu warga negara Portugal, dan dua insinyur asal Turki.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe memanggil dewan keamanan nasionalnya untuk menggelar pertemuan darurat.

"Saya mengutuk keras serangan pengecut terhadap rakyat kami hari ini. Saya menyerukan kepada semua warga Sri Lanka selama masa tragis ini untuk tetap bersatu dan kuat," katanya dalam cuitannya di akun Twitter.

Dia kemudian mengatakan kepada wartawan di Kolombo bahwa Sri Lanka akan "mengambil tindakan tegas terhadap semua orang yang bertanggung jawab atas serangan-serangan ini terlepas dari status mereka".

Pemerintah Wickremesinghe telah mengumumkan berlakunya jam malam dengan efek langsung, dan juga menutup akses ke situs media sosial utama termasuk Facebook dan WhatsApp.

Sekretaris Presiden telah menyatakan bahwa 22 dan 23 April adalah hari libur pemerintah.

Serangan bom terkoordinir

Menteri Keuangan Sri Lanka Mangala Samaraweera mengatakan serangan itu merupakan upaya untuk menyeret Sri Lanka kembali ke masa-masa kelam perang saudara.

"[Pemboman ini adalah] upaya jahat untuk menciptakan ketegangan rasial dan agama di negara ini lagi, dengan demikian menarik negara dan kita semua untuk mengalami kemunduran ... secara ekonomi, sosial dan padaha; sebaliknya negara kita saat ini sedang pulih dari perang yang berkepanjangan yang menghancurkan jalinan persaudaraan di negara kita selama hampir 30 tahun, "katanya.

"Pemboman itu bukan tindakan individu yang fanatik. Ini jelas upaya yang sangat terkoordinasi untuk menciptakan pembunuhan, kekacauan dan anarki di negara ini."

Seorang juru bicara dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengatakan kepada ABC, "Komisi Tinggi Australia di Kolombo sedang melakukan penyelidikan mendesak dengan pihak berwenang setempat untuk menentukan kesejahteraan setiap warga Australia yang terkena dampak".

DFAT menambahkan siapa pun yang peduli untuk kesejahteraan keluarga dan teman-teman di daerah tersebut harus berupaya menghubungi mereka secara langsung, atau hubungi Pusat Darurat Konsuler DFAT di 1300 555 135 (di Australia) atau +61 2 6261 3305 (dari luar negeri).

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne membenarkan bahwa dia telah berbicara dengan Komisaris Tinggi Australia untuk Sri Lanka, David Holly.

"Saya sangat terkejut dan sedih dengan serangan yang ditargetkan di tempat-tempat ibadah dan perayaan pada hari Minggu Paskah," tulisnya di Twitter.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan kepada wartawan di Sydney bahwa masyarakat Australia turut berbelasungkawa kepada "umat Kristen dan semua orang tak berdosa" yang dibantai dalam serangan itu.

"Nyawa mereka yang tidak bersalah telah dirampas sekali lagi, dan simpati kami yang tulus bagi semua yang berduka malam ini, termasuk kami," katanya.

Kekerasan paling parah sejak berakhirnya perang saudara

Sejauh ini belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab latas serangan di sebuah negara yang mengalami ledakan kekerasan sporadis dalam sejarah baru-baru ini karena konflik berkepanjangan yang melibatkan Macan Tamil - kelompok separatis yang berjuang untuk kemerdekaan bagi etnis minoritas Tamil di negara itu.

Macam Tamil terdaftar oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997.

Harimau terdaftar oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997.

Pemberontakan resmi kelompok itu berakhir pada tahun 2009, tetapi pelapor khusus PBB tentang penyiksaan, Juan E Mendez, mengatakan kekejaman masih terus berlanjut setelah berakhirnya konflik tersebut.

PBB pada awalnya memperkirakan korban tewas sepanjang 26 tahun konflik pemberontakan Macan Tamil mencapai sekitar 100.000 orang, tetapi panel ahli PBB kemudian mengatakan sekitar 45.000 etnis Tamil mungkin telah tewas dalam bulan-bulan terakhir pertempuran itu saja.

Presiden saat ini Maithripala Sirisena menjanjikan rekonsiliasi dan menghukum para penjahat perang ketika ia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2015.

Serangan bom ini terjadi selama kebaktian Minggu Paskah.

Restoran yang terletak di lantai dua Hotel Shangri-La porak poranda akibat ledakan itu, dengan langit-langit dan jendela hotel tersebut pecah. Kabel menjuntai dan meja-meja terbalik di ruang yang menghitam.

Seorang hakim polisi berada di hotel tersebut untuk memeriksa mayat-mayat yang ditemukan di bagian restoran. Dari luar barisan polisi, terlihat tiga mayat ditutupi selimut putih.

Alex Agileson, yang berada di dekat St Anthony's ketika bom meledak, mengatakan bangunan di daerah sekitarnya ikut bergetar akibat ledakan bom tersebut.

Seorang turis yang habis makan di hotel Shangri La mengatakan lokasi itu sedang dipenuhi pengunjung lain, termasuk anak-anak, ketika dua ledakan terjadi dan hanya berselang sekitar sepuluh detik.

"Ada yang menjerit-jerit dan di mana-mana saya melihat ada darah," kata saksi yang tidak mau disebutkan namanya.

"Semua orang hanya bersembunyi untuk mencari tahu apa yang baru saja terjadi dan apa yang akan terjadi dan kita tidak tahu."

Dia menggambarkan kepanikan saat dia melarikan diri dari gedung bersama orang-orang lain yang selamat dari serangan itu, banyak di antaranya terluka.

 

Gereja St Sebastian memposting foto-foto kehancuran di dalam gereja di halaman Facebook-nya, dan meminta bantuan dari masyarakat.

Kelompok etnis mayoritas negara itu, Sinhala, sebagian besar beragama Budha, sedangkan Tamil kebanyakan Hindu, Muslim dan Kristen.

Umat Kristen meliputi 7,4 persen dari total populasi negara itu yang berjumlah 22,4 juta orang. Diperkirakan 82 persen warga Kristen di Sri Lanka adalah anggota Gereja Katolik Roma.

Tahun lalu, ada 86 insiden terverifikasi diskriminasi, ancaman dan kekerasan terhadap orang Kristen, menurut Aliansi Evangelikal Kristen Nasional Sri Lanka (NCEASL), yang mewakili lebih dari 200 gereja dan organisasi Kristen lainnya.

Dalam laporannya tahun 2018 tentang hak asasi manusia di Sri Lanka, Departemen Luar Negeri AS mencatat bahwa beberapa kelompok Kristen dan gereja melaporkan bahwa mereka telah ditekan untuk mengakhiri kegiatan ibadah setelah pihak berwenang mengklasifikasikan kegiatan ibadah yang mereka lakukan sebagai "pertemuan yang tidak sah".

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement