Senin 22 Apr 2019 21:12 WIB

Bom Sri Lanka Diduga Libatkan Jaringan Teroris Internasional

Sri Lanka memberlakukan darurat nasional setelah serangan bom.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo, di utara Kolombo, yang menjadi salah satu sasaran bom pada Ahad (21/4). Dua ratusan korban tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan bom di delapan lokasi di ibu kota Sri Lanka.
Foto: AP Photo/Chamila Karunarathne
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo, di utara Kolombo, yang menjadi salah satu sasaran bom pada Ahad (21/4). Dua ratusan korban tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan bom di delapan lokasi di ibu kota Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintah Sri Lanka menyebut pelaku serangan bom di negara itu terkait dengan jaringan internasional. Pemerintah pun menyerukan keadaan darurat setelah serangan teror terjadi di negara itu pada Ahad (21/4) kemarin. Dengan diberlakukannya undang-undang darurat, polisi dan militer negara itu memiliki kekuatan yang lebih luas untuk melakukan proses hukum terhadap tersangka. 

Polisi dan militer menurut ketentuan undang-undang darurat dapat menahan dan menginterogasi tersangka tanpa perintah pengadilan. Masa darurat di Sri Lanka diberlakukan terhitung pada Senin (22/4) dini hari. 

Baca Juga

Sri Lanka telah diterpa dengan serangkaian pemboman terkoordinasi terjadi di tiga gereja dan tiga hotel di Ibu Kota Kolombo. Sebanyak hampir 290 orang tewas dan hampir 500 lainnya terluka dalam kejadian tersebut.

Sebagian besar korban tewas adalah warga Kristiani yang sedang menghadiri ibadah kebaktian paskah. Selain itu, 35 warga asing, diantaranya berasal dari Jepang, Belanda, Cina, Inggris, Amerika Serikat, dan Portugis juga berada di antara daftar korban tewas. 

Polisi mengatakan 87 detonator bom telah ditemukan di stasiun bus utama Kolombo. Tak ada pihak yang mengklaim berada di balik serangan bom tersebut. Namun, sebuah kelompok radikal yang ada di negara tersebut dicurigai sebagai pelaku. 

Berdasarkan penyelidikan, tujuh pelaku bom bunuh diri melakukan serangan bom trsebut. Sementara itu, juru bicara Pemerintah Sri Lanka mengatakan ada dugaan keterlibatan jaringan internasional dalam insiden tersebut.

Dalam sebuah laporan, agen intelijen asing memberi peringatan terhadap pihak berwenang Sri Lanka atas kemungkinan serangan di sejumlah gereja yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Thawheed Nasional. Namun, tak ada informasi jelas mengenai tindakan apa yang dilakukan oleh negara itu sebagai antisipasi.

Saat ini, kepolisian Sri Lanka mengatakan ada 24 orang yang telah ditangkap terkait serangan bom. Mereka seluruhnya adalah warga lokal. Selain itu, tak ada rincian lebih lanjut mengenai profil atau identitas tersangka. 

Para pakar anti-terorisme internasional mengatakan meski kelompok radikal lokal Sri Lanka melakukan serangan bom tersebut, namun dipastikan ada kelompok militan atau organisasi teroris yang lebih besar terlibat, di antaranya adalah seperti Al Qaeda atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).   

Juru bicara Pemerintah Sri Lanka Rajitha Senaratne telah mengatakan jaringan internasional terlibat dalam serangan bom tersebut. Presiden Maithripala Sirisena juga menuturkan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah akan mencari bantuan negara asing untuk melakukan penyelidikan. 

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga memberikan pernyataan terkait serangan bom Sri Lanka. Pihaknya mengatakan kelompok-kelompok teroris merencanakan kemungkinan serangan di Sri Lanka dan menargetkan sejumlah lokasi, seperti tempat-tempat wisata, pusat transportasi, pusat perbelanjaan, hotel, tempat ibadah, dan bandara.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa serangan bom besar-besaran di Sri Lanka kali ini dapat memicu kekerasan komunal. Seperti kasus yang dilaporkan oleh polisi terjadi pada Ahad (21/4) malam, di mana telah terjadi serangan bom bensin di sebuah masjid di barat laut dan pembakaran dua toko milik warga Muslim di wilayah barat negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement