Selasa 23 Apr 2019 04:25 WIB

AS Peringatkan Serangan Susulan di Sri Lanka oleh Teroris

AS menyatakan potensi serangan sangat besar di fasilitas publik.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Nashih Nashrullah
Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.
Foto: AP Photo/Gemunu Amarasinghe
Tentara Sri Lanka berjaga di luar Gereja St Anthony's, sehari setelah serangan di Kolombo, Sri Lanka, Senin (22/4). Laporan terbaru menyebutkan korban tewas sudah mencapai 290 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Amerika Serikat mengingatkan bahwa 'teroris' masih merencanakan serangan di Sri Lanka setelah delapan ledakan sebelum yang menewaskan ratusan orang di Hari Paskah pada Ahad (21/4) lalu. 

AS pun memperingatkan warganya yang hendak pergi ke Sri Lanka "Teroris masih mungkin menyerang dengan peringatan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali," demikian imbauan perjalanan yang dirilis Kementerian Luar Negeri AS bagi warganya, dikutip dari CNN, Senin (22/4).

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri AS menjabarkan bahwa potensi serangan itu sangat besar di lokasi-lokasi turis, jalur transportasi, pusat perbelanjaan, hotel, rumah ibadah, bandara, dan tempat publik lainnya.

Peringatan ini dilansir tak lama setelah dilaporkan bahwa rangkaian serangan ini juga merenggut nyawa ratusan warga asing, termasuk dari AS.  

Sebanyak 290 dilaporkan tewas dalam serangan bom tersebut. Hingga Selasa (23/4), kepolisian Sri Lanka mengatakan ada 24 orang yang telah ditangkap terkait serangan bom. Mereka seluruhnya adalah warga lokal. Selain itu, tak ada rincian lebih lanjut mengenai profil atau identitas tersangka. 

Para pakar anti-terorisme internasional mengatakan meski kelompok radikal lokal Sri Lanka melakukan serangan bom tersebut, namun dipastikan ada kelompok militan atau organisasi teroris yang lebih besar terlibat, di antaranya adalah seperti al-Qaeda atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement