Selasa 23 Apr 2019 13:22 WIB

Sri Lanka Tetapkan 23 April Hari Berkabung Nasional

Presiden Sri Lanka diprediksi bertemu diplomat untuk mencari bantuan internasional.

Rep: Kamran Dikarma/Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Warga Sri Lanka berdoa saat tiga menit mengheningkan cipta untuk korban serangan bom di luar Gereja St. Anthony di Kolombo, Sri Lanka, Selasa (23/4).
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Warga Sri Lanka berdoa saat tiga menit mengheningkan cipta untuk korban serangan bom di luar Gereja St. Anthony di Kolombo, Sri Lanka, Selasa (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO - Sri Lanka menyatakan 23 April sebagai hari berkabung nasional. Hal itu terkait dengan serangkaian bom yang terjadi selama akhir pekan lalu.

Dilansir Anadolu Agency, keputusan tersebut diambil selama pertemuan Dewan Keamanan Nasional yang dipimpin oleh Presiden Sri Lanka Maithirpala Sirisena. Sirisena juga diprediksi bertemu diplomat asing untuk mencari bantuan internasional mengungkapkan dalang di balik serangan mematikan di Hari Paskah, Ahad lalu.

Baca Juga

Pada Selasa (23/4), media lokal, News First mengatakan, parlemen Sri Lanka akan mengadakan rapat yang dimulai pukul 13.00 waktu setempat. Perdana menteri dan beberapa anggota kabinet penting diharapkan membuat pernyataan selama rapat tersebut.

RUU soal undang-undang darurat nasional diprediksi dipresentasikan di hadapan parlemen. RUU tersebut akan dibawa untuk diperdebatkan pada Rabu (24/4) pada sesi parlemen antara pukul 10.00 dan 16.00 waktu setempat.

Media lokal Sri Lanka mengatakan, setidaknya 310 orang tewas dan lebih dari 500 lainnya mengalami luka dari iringan hingga berat, dalam serangkaian ledakan bom yang menargetkan gereja-gereja dan hotel mewah di tiga kota di Sri Lanka pada Minggu Paskah.

Bom menyasar gereja-gereja di distrik Kochchikade, Kolombo, dan kota Negombo serta Batticaloa. Sementara hotel yang dibidik dalam serangan antara lain Kingsbury, Cinnamon Grand, dan Shangri-La. Ketiga hotel tersebut diketahui sering diinapi para turis asing.

Sebanyak 39 warga asing, termasuk dua dari Turki tewas dalam serangan itu. Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.

Tiga anak dari miliarder ritel Denmark Anders Holch Povlsen dilaporkan turut tewas dalam insiden tersebut. Povlsen adalah pemegang saham utama dalam peritel mode dari Inggris, Asos, dan CEO dari bisnis fesyen grosir, Bestseller.

"Kami tidak memiliki komentar lebih lanjut dan kami meminta agar privasi keluarga dihormati pada saat ini," kata Manajer Komunikasi Bestseller merespons kabar tentang meninggalnya anak-anak Povlsen dalam pengeboman di Sri Lanka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement