Kamis 25 Apr 2019 11:10 WIB

Mengulik Kehidupan Terduga Pengebom Sri Lanka

Pelaku merupakan anak pengusaha terpandang di Sri Lanka.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Pemuka agama dari berbagai agama di Lahore, Pakistan menyalakan lilin sebagai bentuk peringatan bagi korban bom Paskah di Sri Lanka, Rabu (24/4).
Foto: AP Photo/K.M. Chaudary
Pemuka agama dari berbagai agama di Lahore, Pakistan menyalakan lilin sebagai bentuk peringatan bagi korban bom Paskah di Sri Lanka, Rabu (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardenen mengatakan, para pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 359 orang dalam serangan teror Ahad di Sri Lanka sebagian besar adalah orang berkecukupan materi. Selain itu, beberapa pelaku termasuk orang yang kuliah hukum di Australia.

"Beberapa tersangka pengeboman, kebanyakan dari mereka berpendidikan baik, berasal dari kelas menengah ke atas, mandiri secara finansial, dan keluarga mereka cukup stabil," ujar Wijewardene seperti dilansir New York Post, Kamis (25/4).

Baca Juga

Para pelaku teridentifikasi terdiri dari delapan pria dan seorang wanita. Mereka diyakini berada di belakang pembantaian Ahad lalu.

Menurut India Firstpost, intelijen Sri Lanka mengidentifikasikan beberapa pelaku adalah dua saudara kandung, Inshaf dan Ilham Ahmed Ibrahim, putra pengusaha eksportir rempah-rempah Sri Lanka Mohamed Ibrahim. Inshaf (33 tahun), dan Ilham (31) terekam menggendong ransel yang hampir identik berisi bahan peledak saat mereka memasuki dua hotel di ibu kota pesisir Kolombo pada Ahad Paskah pagi.

Berdiri di tempat sarapan prasmanan hotel yang ramai, keduanya meledakkan muatan mereka selang beberapa menit satu sama lain. Dua ledakan itu menewaskan sejumlah orang dan melukai ratusan lainnya.

Pada kepanikan ledakan-ledakan pertama, polisi Sri Lanka melacak rumah kedua saudara ini menggunakan alamat yang digunakan saat check-in hotel. Dari situ, polisi menyerbu masuk ke alamat itu.

photo

Saat penggerebekan, istri salah satu saudara lelaki tersangka lain (Inshan Seelavan) meledakan bom yang dipegang sendiri bersama dua anaknya. Tiga polisi turut tewas dalam ledakan bom tersebut.

Kini ayah para tersangka, Mohamed Ibrahim dan putra ketiga, Ijas, adalah di antara setidaknya 60 orang yang diinterogasi polisi di Kolombo. "Dia (Ibrahim) adalah pendiri Ishana Exports yang berbasis di Kolombo dan keturunannya memiliki banyak jaringan, sangat kaya, juga memiliki koneksi secara politis," kata tetangganya, Pamuditha Anjana kepada CNN.

Kendati demikian, Wakil Presiden Dewan Muslim Sri Lanka Hilmy Ahamed mengatakan, ia percaya taipan rempah-rempah dan anggota terkemuka di komunitas Muslim Kolombo itu terlalu fokus pada bisnisnya daripada memperhatikan radikalisasi putranya. "Dia adalah pengusaha yang sibuk. Mungkin dia abai dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Saya ragu dia tahu," kata Ahamed kepada CNN.

Menurut Ahamed, putra-putra Ibrahim berpendidikan tinggi di luar. "Salah satu dari kita yang kita kenal pergi ke Inggris, kemudian pergi ke Australia untuk mendapatkan gelar sarjana hukum," kata Wijewardene merujuk salah seorang tersangka, yang diidentifikasi oleh sumber-sumber Sky News sebagai Abdul Lathief Jameel Mohamed.

Jameel Mohamed belajar di Inggris tenggara antara 2006 dan 2007, sebelum mengambil kelas pascasarjana di Australia dan akhirnya bermukim kembali di Sri Lanka. Tersangka lain yang juga diidentifikasi pada Rabu adalah pemilik pabrik Inshan Seelavan, yang dilihat oleh penasihat presiden Sri Lanka Shiral Lakthilaka sebagai tidak hanya pengebom, tetapi juga dalang. Ia adalah seorang yang berselisih dengan klaim pemerintah sebelumnya bahwa Zahran Hashim adalah biang keladi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement