Kamis 25 Apr 2019 13:49 WIB

Sri Lanka Tangkap Warga Asing Terkait Pengeboman

Sri Lanka menahan mereka meski belum terbukti berhubungan langsung dengan pengeboman.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Warga di Kopenhagen, Denmark, Rabu (24/4), menghadiri peringatan pengeboman sejumlah gereja, hotel, dan lokasi lain di Sri Lanka.
Foto: Claus Bech/Ritzau Scanpix via AP
Warga di Kopenhagen, Denmark, Rabu (24/4), menghadiri peringatan pengeboman sejumlah gereja, hotel, dan lokasi lain di Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pihak berwenang Sri Lanka mengamankan sejumlah orang termasuk orang asing untuk diinterogasi terkait pengeboman Ahad Paskah yang menewaskan 359 orang. Polisi mengatakan, satu warga Mesir, dan beberapa warga Pakistan termasuk di antara mereka yang ditahan Rabu malam (24/4).

Mereka ditahan meskipun belum terbukti memiliki hubungan langsung dengan serangan terhadap tiga gereja dan empat hotel yang juga melukai sekitar 500 orang. Polisi Sri Lanka mengatakan, sebanyak 16 orang ditahan untuk diinterogasi semalam. Jumlah tahanan sejak Ahad menjadi 76 orang. Angka itu termasuk satu warga Suriah.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan dikutip kantor berita Reuters, polisi mengatakan, salah satu dari mereka yang ditahan diindikasikan memiliki keterkaitan dengan organisasi teroris. Namun, polisi tidak memberikan perincian lainnya.

Mereka yang ditahan oleh polisi diselidiki berdasarkan postingan pada halaman Facebook individu. Dari situ, polisi menemukan video dan unggahan yang menujukkan pidato kebencian.

"Itu terkait dengan penyebaran dan pemberitaan terorisme," kata seorang juru bicara polisi.

Polisi mengatakan juga menahan satu warga Mesir yang ditemukan tidak memiliki visa atau paspor yang valid. Pria Mesir tersebut mengajar bahasa Arab di sebuah sekolah sekitar 70 kilometer dari ibu kota, Kolombo. Ia tinggal di Sri Lanka selama lebih dari tujuh tahun.

Seorang juru bicara kepolisian juga mengatakan sekelompok warga Pakistan ditahan di antara sejumlah warga asing karena ketidakjelasan nomor dalam perpanjangan masa berlaku visa mereka. Sri Lanka memunculkan para tersangka diduga berada di balik pengemoman. Para tersangka bom bunuh diri ini merupakan sosok yang berpendidikan, yang tumbuh dengan materi berkecukupan, termasuk seorang wanita.

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan, meski tidak memberikan bukti kuat. Namun, pemerintah Sri Lanka dan internasional juga telah memfokuskan penyelidikan pada jaringan internasional dengan kelompok domestik seperti Jamaah Thawheed Nasional dan Jammiyathul Millathu Ibrahim yang diyakini melakukan serangan.

ISIS merilis sebuah video pada Selasa yang menunjukkan delapan pria, semuanya tertutup wajahnya kecuali satu. Mereka berdiri di bawah bendera hitam ISIS. Video itu menunjukkan mereka menyatakan kesetiaan kepada pemimpinnya, Abu Bakar Al-Baghdadi.

Satu orang dalam video dengan wajahnya yang terbuka adalah Mohamed Zahran, seorang pengkhutbah dari timur Sri Lanka yang dikenal dengan pandangan militannya. Para pejabat Sri Lanka pun yakin ia adalah dalang serangan pilu terkoordinasi Ahad lalu.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, seorang pengebom lainnya tinggal di Australia dengan istri dan anaknya menggunakan visa pelajar. Mereka meninggalkan Australia pada 2013. Morrison tidak mengidentifikasi pria itu, meskipun keluarganya mengatakan namanya adalah Abdul Latheef Mohamed Jameel.

"Saya dapat mengonfirmasi pelaku bom bunuh diri itu berada di Australia," kata Morrison kepada wartawan beberapa waktu lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement