Sabtu 27 Apr 2019 12:18 WIB

Aparat Sri Lanka Baku Tembak dengan Kelompok Pengebom Gereja

Sebanyak 15 jenazah ditemukan di lokasi baku tembak aparat Sri Lanka dan pengebom.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Polisi Sri Lanka berpatroli di luar sebuah masjid di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (24/4).
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Polisi Sri Lanka berpatroli di luar sebuah masjid di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Aparat keamanan Sri Lanka terlibat baku tembak dengan milisi yang menjadi tersangka pengeboman gereja pada Ahad pekan lalu. Kontak senjata terjadi di Ampara, sebelah selatan Kota Batticaloa, pada Jumat (26/4) malam waktu setempat. 

Menurut seorang juru bicara militer Sri Lanka, 15 jenazah, termasuk enam anak, ditemukan di lokasi tersebut pasca-pertempuran. Sebelumnya polisi dan militer mengatakan bahwa empat pria bersenjata dan seorang warga sipil tewas dalam baku tembak.

Baca Juga

Selama operasi penggerebekan di Ampara, otoritas keamanan Sri Lanka menemukan stok bahan peledak dan bahan baku lain yang digunakan untuk memproduksi bom. "Sebuah pencarian menemukan bahan peledak yang digunakan untuk memproduksi bom, seragam ISIS, tirai dengan logo ISIS, 150 batang gelignit, 100 ribu bola logam, dan kamera drone dari sebuah rumah di Samanthurai," kata seorang juru bicara, dikutip laman TRT. 

Militer Sri Lanka mengatakan bahwa 10 ribu tentara telah dikerahkan ke seluruh daerah di negara tersebut. Mereka ditugaskan untuk mencari dan memburu para terduga pelaku pengeboman serta mengamankan pusat-pusat keagamaan. 

Otoritas Sri Lanka sedang memburu 140 orang yang diyakini terlibat dalam aksi pengeboman gereja dan hotel mewah pekan lalu. Mereka diduga kuat memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis ISIS. 

Namun, beberapa terduga pelaku pengeboman juga ada yang telah tertangkap. Para pelaku disebut berasal dari keluarga mapan dan memiliki gelar pendidikan tinggi.

Menteri Muda Bidang Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardene mengatakan, setidaknya satu tersangka memiliki titel sarjana hukum. Sementara, lainnya menempuh pendidikan di Inggris da Australia.

Seorang pejabat keamanan Inggris mengonfirmasi bahwa salah satu tersangka pernah belajar di negaranya antara 2006 dan 2007. Dia diketahui bernama Abdul Lathief Jameel. Sky News adalah media pertama yang melaporkan identitas para tersangka.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan salah satu pelaku pengeboman pernah berada di negaranya dengan visa pelajar. Ia tinggal dengan pasangannya sebelum hengkang pada 2013. 

Lebih dari 250 orang tewas akibat serangan bom yang menargetkan gereja dan hotel mewah di Sri Lanka pekan lalu. Insiden tersebut juga menyebabkan sedikitnya 500 orang mengalami luka-luka. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement