Sabtu 27 Apr 2019 13:31 WIB

Dua Anggota ISIS Tewas dalam Operasi Militer Sri Lanka

Operasi militer Sri Lanka digelar di timur Sri Lanka.

Rep: Puti Almas/ Red: Nashih Nashrullah
Tentara Angkatan Laut Sri Lanka melakukan pemeriksaan keamanan terhadap pengendara motor di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (25/4).
Foto: AP Photo/Eranga Jayawardena
Tentara Angkatan Laut Sri Lanka melakukan pemeriksaan keamanan terhadap pengendara motor di Kolombo, Sri Lanka, Kamis (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO — Pasukan militer Sri Lanka mengatakan dua orang yang diduga sebagai anggota kelompok yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tewas dalam operasi keamanan, Sabtu (27/4). Penyerbuan dilakukan di sebuah rumah di Kalmunai, kota di wilayah timur negara itu.  

Baku tembak dilaporkan sempat terjadi saat penyerbuan oleh pasukan militer. Selain itu, ada satu warga sipil yang tewas akibat terjebak dalam operasi tersebut.  

Baca Juga

“Dalam tembakan balasan yang kami luncurkan, dua pria bersenjata tewas dan seorang warga sipil yang terperangkap dalam baku tembak juga tewas,” ujar juru bicara militer Sri Lanka, Sumit Atapattu dilansir The Strait Times, Sabtu (27/4).  

Operasi keamanan diluncurkan militer Sri Lanka setelah terjadinya serangkaian pengeboman terkoordinasi yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel di Ibu Kota Kolombo pada 21 April lalu. Setidaknya 253 orang tewas dan 500 lainnya terluka dalam peristiwa ini.   

Sebagian besar korban tewas dalam serangan bom terkoordinasi ini adalah warga Kristiani yang sedang menghadiri ibadah kebaktian paskah. Selain itu, 35 warga asing, di antaranya berasal dari Jepang, Belanda, Cina, Inggris, Amerika, dan Portugis juga berada diantara korban tewas. 

National Thowheeth Jama’ath (NTJ) diketahui sebagai kelompok berideologi teroris dan telah dituding berada di balik serangan tersebut, meski pihak berwenang Sri Lanka tidak menutup kemungkinan adanya keterlibatan kelompok atau organisasi teroris asing karena melihat skala besarnya insiden tersebut. Pemerintah negara itu juga telah meminta bantuan internasional untuk melakukan penyelidikan. 

Sebelumnya, Pemerintah Australia mengkonfrimasi bahwa pelaku serangan bom Sri Lanka didukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Laporan ini muncul diikuti dengan klaim kelompok militan tersebut yang mengatakan berada di balik insiden dan mendistribusikan video yang memperlihatkan pemimpin NTJ, Mohamed Zahran berjanji setia kepada ISIS. 

Meski demikian, ISIS tak memberikan bukti yang mendukung klaim kelompok itu atas serangan bom di Sri Lanka. Tetapi, ini akan menjadi serangan ISIS yang terbesar jika mereka benar melakukannya di negara Asia Selatan tersebut. 

Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa sekitar 140 orang di negara itu telah diidentifikasi memiliki hubungan dengan ISIS. Dia menegaskan bahwa pihak berwenang memiliki kemampuan maksimal untuk mengendalikan kekuatan ISIS di negara Asia Tengah tersebut.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement