Senin 06 May 2019 05:50 WIB

Sri Lanka Berlakukan Jam Malam di Negombo

Pemerintah Sri Lanka pun kembali melarang penggunaan media sosial.

Rep: Lintar Satria/ Red: Israr Itah
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo.
Foto: AP Photo/Chamila Karunarathne
Polisi dan militer berjaga di area Gereja St Sebastian di Negombo.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Pemerintah Sri Lanka memberlakukan jam malam di Negombo setelah terjadi bentrokan antarwarga yang memakan korban jiwa. Pada Senin (6/5), pemerintah memberlakukan jam malam sampai pukul 07.00 pagi. 

Pemerintah Sri Lanka pun kembali melarang penggunaan media sosial untuk menghentikan peredaran rumor yang menyebabkan bentrokan antarwarga. Sebelumnya terjadi bentrokan antara dua kelompok warga di Negombo. 

Baca Juga

Negombo salah satu wilayah yang terkena serangan bom Paskah pada bulan lalu. Serangan yang menewaskan 250 orang itu telah meningkatkan ketakutan antara warga muslim di Sri Lanka. Mereka khawatir menjadi incaran amukan massa. 

Pihak berwenang juga sudah Sri Lanka melarang penggunaan penutup wajah. Keputusan ini berada di bawah undang-undang darurat yang diberlakukan setelah serangkaian serangan bom hari Paskah. 

Alasannya langkah ini akan membantu petugas keamanan dan jaringan mereka di seluruh kepulauan di Samudera India untuk mengidentifikasi warga. Sebab sampai kini mereka masih melakukan pemburuan pelaku serangan tersebut. 

Tapi ada kekhawatiran dari masyarakat Muslim Sri Lanka larangan berkepanjangan dapat menjadi bahan bakar untuk perpecahan antaragama di negara itu. Hal ini akan sangat disesalkan terutama karena Sri Lanka berhasil menyelesaikan perang saudara melawan pemberontak Tamil, satu dekade lalu. 

Pemerintah sudah diperingatkan tentang milisi yang berada di balik serangan bom bunuh diri di sejumlah hotel dan gereja yang membunuh 250 orang lebih itu. Penyelidikan menemukan serangan tersebut direncanakan, menggunakan mobil van dan pelaku serangan menyamar dengan menggunakan seragam militer. 

"Perintah presiden untuk melarang semua busana yang menutupi wajah ini segera berlaku," kata juru bicara Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena, Dharmasri Bandara Ekanayake, pada akhir bulan Apri lalu.   

Wakil Presiden Organisasi ulama tertinggi Sri Lanka, The All Ceylon Jamiyyathul Ulama (ACJU) Hilmy Ahmed mengatakan larangan tersebut sebagai sesuatu yang bodoh. 

"Ini sesuatu yang bodoh untuk dilakukan, tiga hari yang lalu kami secara sukarela memutuskan hal ini, The All Ceylon Jamiyyathul Ulema sudah memberitahu semua perempuan muslim tidak memakai penutup wajah untuk alasan keamanan, jika mereka ingin memakai maka mereka diberitahu untuk tidak keluar rumah," kata Ahmed seperti dilansir di BBC. 

Ia mengatakan ACJU sepenuhnya menentang keputusan presiden ini. "Kami tidak akan menerima segala bentuk intervensi pemerintah atas agama tanpa konsulatasi dengan pemimpin agama," tambahnya. 

Sudah hampir sepekan ribuan tentara Sri Lanka berjaga-jaga di jalanan untuk melindungi gereja dan masjid. Ini sebagai bentuk upaya perlindungan layanan Minggu di seluruh Sri Lanka dibatalkan. Jemaat Kristen di seluruh Sri Lanka berkumpul dan berdoa di depan gereja Santa Anthony tempat serangan bom Paskah terjadi. 

Jumlah orang yang ditahan dalam serangan Paskah bertambah menjadi 150 orang. Pihak berwenang Sri Lanka juga masih memburu sekitar 140 orang anggota ISIS di negara itu. Mereka yakin ISIS terlibat dalam pengeboman tapi tidak menjelaskannya lebih lanjut. 

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement