Selasa 21 May 2019 13:27 WIB

Singapura-Malaysia Tangguhkan Proyek Rapid Transit System

Penangguhan bagian dari upaya Malaysia memperketat keuangan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke (kiri) dan Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan saat penandatanganan kerja sama kereta api cepat Rapid Transit System pada 21 Mei 2019.
Foto: Mediacorp/Jeremy Long
Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke (kiri) dan Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan saat penandatanganan kerja sama kereta api cepat Rapid Transit System pada 21 Mei 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura dan Malaysia sepakat menangguhkan pembangunan proyek kereta api bersama senilai 1 miliar dolar AS. Proyek tersebut rencananya akan menghubungkan Singapura dengan Johor yang terletak di Malaysia selatan.

Dalam konferensi pers bersama di Singapura, Menteri Transportasi Singapura Khaw Boon Wan dan Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke sepakat penundaan akan berlangsung hingga 30 September 2019. Dalam hal ini, Malaysia akan membayar kompensasi kepada Singapura untuk biaya yang gagal.

Baca Juga

"Jika pada 30 September 2019, Malaysia tidak melanjutkan Proyek RTS (Rapid Transit System), Malaysia juga akan menanggung biaya yang disepakati oleh Singapura," ujar Khaw Boon Wan dan Anthony Loke mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (21/5).

Ribuan warga Malaysia memiliki mobilitas cukup tinggi untuk bepergian ke Singapura. Sebagian besar mereka pergi ke Singapura untuk bekerja dan sekolah.

Proyek RTS yang dijadwalkan rampung pada 2026 ditargetkan dapat mengangkut 10 ribu penumpang per jam dari dua arah. Penangguhan proyek tersebut merupakan bagian dari upaya Pemerintah Malaysia memperketat keuangan dan meninjau ulang sejumlah proyek besar.

"Ini bukan berarti kami mengakhiri proyek. Kami hanya ingin mengevaluasi kembali sehingga proyek ini dapat dilaksanakan lebih efektif," kata Loke.

Pada tahun lalu, Malaysia juga menangguhkan proyek kereta api cepat yang mengubungkan Singapura ke Kuala Lumpur. Proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar 17 miliar dolar AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement