Ahad 26 May 2019 14:33 WIB

PBB Desak Myanmar Ambil Tindakan Agar Rohingya Kembali

Komisioner PBB melakukan kunjungan ke Myanmar.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengungsi Rohingya
Foto: AP Photo/Dar Yasin, File
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi menyampaikan kekhawatiran tentang Rohingya kepada pejabat tinggi selama kunjungan 5 hari ke Myanmar. Grandi mendesak Myanmar mengambil tindakan agar para pengungsi Rohingya, baik di Bangladesh maupun di Myanmar pulang dengan selamat.

Dilansir dari Anadolu Agency, Ahad (26/5), Grandi mengadakan pertemuan dengan penasihat negara Myanmar dan pejabat senior lainnya dalam kunjungan lima hari di Myanmar berakhir. Dalam kesempatan itu Grandi menyampaikan kekhawatiran tentang warga Rakhine, Rohingya dan para pengungsi di Bangladesh.

Baca Juga

Grandi juga menandatangani nota kesepahaman dengan Departemen Manajemen Bencana Kementerian Kesejahteraan Sosial, Bantuan dan Pemukiman Kembali mengenai kegiatan Badan Pengungsian untuk PBB, UNHCR yang lebih luas di seluruh negeri.

Selama pembicaraannya, Grandi juga mendorong Myanmar untuk mempercepat verifikasi sekitar 98 ribu pengungsi yang tinggal di Thailand untuk memungkinkan solusi yang diperluas untuk kelompok ini, melalui repatriasi atau akses legal ke pasar tenaga kerja di Thailand. PBB menggambarkan Rohingya sebagai orang yang paling teraniaya di dunia.

Rohingya telah menghadapi ketakutan yang meningkat akan serangan sejak belasan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012. Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency (OIDA). Lebih dari 34 ribu Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, demikian laporan yang berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap" itu.

Sekitar 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak. PBB juga telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil serta pemukulan brutal dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan negara Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement