Jumat 09 Mar 2018 10:50 WIB

Mantan Intelijen Rusia Diserang, 21 Orang Ikut Dirawat

Rusia dituding di balik aksi percobaan pembunuhan mantan agen intelijen.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.
Foto: Andrew Matthews/PA via AP
Polisi Inggris berjaga di dekat rumah seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal yang diserang dengan zat agen saraf.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebanyak 21 orang ikut mendapat perawatan medis setelah terjadi aksi percobaan pembunuhan terhadap seorang mantan agen intelijen Rusia, Sergei Skripal, di Inggris. Kepala polisi Wiltshire, Kier Pritchard, mengatakan saat ini masih ada tiga orang yang tinggal di rumah sakit, yaitu Skripal, putrinya Yulia, dan Detektif Sgt. Nick Bailey.

"Mereka telah melalui proses perawatan di rumah sakit. Mereka telah melakukan tes darah dan juga mendapatkan perawatan psikologis," kata Pritchard kepada Sky News Inggris pada Kamis (8/3).

Pada Rabu (7/3), polisi mengkonfirmasi bahwa racun agen saraf telah digunakan dalam aksi percobaan pembunuhan yang terjadi di Kota Salisbury itu. Skripal dan putrinya, Yulia, dilaporkan berada dalam kondisi kritis namun stabil.

Intelijen Barat menuduh Rusia sebagai tersangka utama dalam serangan ini. Akan tetapi kasus tersebut masih berada dalam penyelidikan tahap awal.

Dalam sebuah pernyataan kepada anggota Parlemen, Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd menolak untuk memberikan pernyataan mengenai siapa yang mungkin bertanggung jawab atas serangan itu. "Penggunaan racun agen saraf di tanah Inggris adalah tindakan yang kurang ajar dan sembrono. Ini percobaan pembunuhan dengan cara yang paling kejam," kata Rudd, dikutip CNN.

"Kita ingin tahu siapa yang harus disalahkan, tapi kita harus teliti dalam penyelidikan ini, kita harus menghindari spekulasi dan membiarkan polisi melakukan penyelidikan mereka," ujarnya.

Rudd mengatakan pemerintah Inggris berkomitmen untuk melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk membawa pelaku ke pengadilan. "Pemerintah akan bertindak tanpa ragu-ragu jika fakta sudah terlihat lebih jelas," kata Rudd.

Skripal (66 tahun) dan Yulia (33 tahun) ditemukan tak sadarkan diri pada Ahad (4/3) di sebuah bangku dekat pusat perbelanjaan di Salisbury. Juru bicara polisi Wiltshire, Emma Morton, mengatakan seorang petugas polisi bernama Bailey, yang berusaha membantu mereka juga terkena paparan racun agen saraf, namun kondisinya telah membaik.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (7/3) malam, Kepala Divisi Kontraterorisme di Kepolisian Metropolitan London Mark Rowley, mengatakan insiden ini adalah sebuah insiden besar. Ia mengatakan ratusan petugas polisi, ahli forensik, dan analis kimia pemerintah terlibat dalam penyelidikan tersebut.

Menurut Rowley, Skripal dan putrinya sengaja ditargetkan. Kepala Petugas Medis Inggris Sally Davies mengatakan bukti yang ada tidak menunjukkan bahaya yang lebih luas kepada publik.

Polisi mengatakan mereka mengetahui ada racun agen saraf yang digunakan dalam serangan tersebut. Namun, mereka menolak untuk mengatakan apa jenisnya dan bagaimana racun tersebut digunakan.

Mereka memanggil siapa saja yang mengunjungi daerah itu sebagai saksi, termasuk pemilik restoran Zizzi dan pub Bishop's Mill yang ada di dekatnya. Mereka berusaha mengumpulkan informasi apa pun yang mungkin bisa membantu mereka mengetahui apa yang telah terjadi.

Kedutaan Besar Rusia di London mengatakan pihaknya tidak menerima rincian substantif mengenai kasus tersebut. Seorang juru bicara kedutaan mengecam komentar Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson yang mengatakan London akan memberikan respons kuat jika Rusia terbukti terlibat.

Skripal diyakini telah tinggal di Inggris sejak dibebaskan dari penjara Rusia pada 2010. Dia divonis di Rusia sebelum diberi perlindungan di Inggris setelah pertukaran mata-mata profil tinggi pada 2010 antara AS dan Rusia. Yulia adalah salah satu dari sedikit anggota keluarga Skripal yang masih hidup setelah istri dan putranya meninggal dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement