Sabtu 10 Mar 2018 06:45 WIB

Suhu 13 Kota Dunia Naik Dua Derajat Celsius pada 2020

Kota perlu mengembangkan rencana untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Kota Moskow, Rusia.
Foto: EPA
Kota Moskow, Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, EDMONTON -- Sebanyak 13 kota di seluruh dunia diproyeksikan mengalami kenaikan suhu yang bisa melebihi dua derajat celsius pada dasawarsa berikutnya. Ibu kota Rusia, Moskow, menghadapi peningkatan potensi tertinggi di antara lebih dari 100 kota yang masuk dalam laporan yang dibuat selama beberapa tahun oleh Jaringan Penelitian Perubahan Iklim Urban yang berbasis di Columbia University.

"Semuanya mengkhawatirkan," ujar William Solecki, salah satu editor penelitian tersebut kepada Thomson Reuters Foundation pada Selasa di sebuah pertemuan iklim yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kota-kota yang akan mengalami kenaikan suhu paling curam selama 2020 antara lain Helsinki di Finlandia (2,5 derajat celsius), Ottawa di Kanada (2,3 derajat celsius) dan Trondheim di Norwegia (2,3 derajat celsius). Semua prediksi termasuk untuk batas bawah. Misalnya, suhu di Moskow bisa meningkat sedikitnya 1,1 derajat celsius.

Editor laporan dan peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Cynthia Rosenzweig mengatakan data baru tersebut memberikan pengetahuan dasar bagi kota-kota yang berada di garis depan dalam upaya mengendalikan dampak pemanasan global. Temuan baru tersebut muncul di rancangan laporan PBB yang telah menyebabkan kewaspadaan dengan proyeksi kenaikan suhu global melampaui target 1,5 derajat celsius yang disertakan dalam pakta Paris untuk mengurangi pemanasan global.

Selain itu, para ahli mengatakan badai, banjir dan kejadian cuaca ekstrem lainnya yang terkait dengan perubahan iklim dapat terjadi di kota-kota dengan dampak yang melebihi perkiraan para ilmuwan. "Bagaimana kota-kota tahu agar mereka harus mengembangkan rencana ketahanan mereka, kecuali jika mereka tahu proyeksi suhu, bagaimana iklim seharusnya berubah di kota mereka?" kata Rosenzweig saat konferensi pers.

Seorang profesor di Hunter College di New York Solecki mengatakan hasil penelitian yang beragam menawarkan sebuah pengingat, kota perlu mengembangkan rencana yang disesuaikan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. "Perencanaan sangat penting mengingat adanya tekanan dari urbanisasi," katanya.

Sekitar setengah populasi dunia tinggal di daerah perkotaan, dan angka tersebut diperkirakan mencapai 66 persen pada tahun 2050, menurut PBB. Laporan baru ini diluncurkan di kota Edmonton, Kanada barat, di sela-sela puncak pertemuan global di mana para peneliti dan perencana kota membuat peta jalan bagi kota-kota untuk melawan dampak perubahan iklim.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement