Jumat 27 Apr 2018 04:50 WIB

70 Negara akan Menghentikan Pendanaan Kelompok Teroris

Prancis mendorong transaksi yang transparan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nur Aini
Gerakan kelompok ISIS
Foto: VOA
Gerakan kelompok ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lebih dari 70 negara berkomitmen meningkatkan upaya melawan pendanaan terorisme terkait Daesh atau ISIS dan al-Qaeda, Kamis (26/4). Komitmen terjadi di sela-sela Konferensi Internasional di Paris yang berlangsung selama dua hari.

Dilansir di Arab News pada Kamis (26/4), peserta konferensi sepakat sepenuhnya mengkriminalisasi pendanaan teror melalui sanksi yang efektif dan proporsional. Komitmen itu sesuai tujuan konferensi yang diadakan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengkoordinasikan upaya mengurangi ancaman teror dalam jangka panjang.

Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin, Ketua IMF Christine Lagarde, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Abdel Al-Jubeir, dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani turut hadir dalam konferensi tersebut.

Sekretaris eksekutif dari Satgas Aksi Keuangan antarpemerintah, Daniel Lewis berharap kesepakatan konferensi yang tertuang di kertas bisa direalisasikan. Peserta setuju untuk mengadakan konferensi serupa tahun depan di Australia.

"Ketika kami memiliki informasi, (misalnya daftar PBB dari individu dan entitas yang membiayai terorisme) kami perlu memastikan langkah-langkah seperti pembekuan aset dilaksanakan sepenuhnya dan cepat," kata Lewis.

Peserta konferensi mengusulkan adanya berbagi informasi antara layanan intelijen, penegakan hukum, bisnis keuangan, dan industri teknologi. Selain itu, peserta menyatakan kesediaannya menelusuri dana yang masuk ke organisasi non-pemerintah dan asosiasi amal.

Prancis telah mendorong koordinasi internasional dan transparansi dalam transaksi keuangan. Prancis mencatat, kekalahan militer Daesh di lapangan tidak menghentikan tindakan terorisme yang dilakukan kelompok tersebut, bersama dengan Al-Qaeda. Terutama, di daerah yang tidak stabil, seperti, Afghanistan, Malaysia, Filipina, Yaman, Mesir, dan Afrika sub-Sahara.

Kelompok teror tidak hanya bergantung pada uang tunai. Saat ini, mereka juga mengguakan kartu prabayar, dompet daring, dan operasi crowdfunding. Bahkan, Daesh juga berinvestasi dalam bisnis dan real estate untuk memastikan pembiayaannya. Pendapatan Daesh diperkirakan mencapai 2,5 miliar dolar AS pada 2014 hingga 2016.

Meskipun sebagian besar serangan di negara-negara Barat tidak menghabiskan banyak uang, seorang pejabat Prancis mengatakan kelompok-kelompok teror memiliki organisasi besar. Sehingga, butuh banyak biaya merekrut, melatih, memperlengkapi orang-orang dan menyebarkan propaganda.

Penuntut kontraterorisme Prancis, Francois Molins mengatakan Daesh menggunakan teknik pembiayaan mikro untuk mengumpulkan sejumlah besar uang dalam jumlah kecil. Bekerja dengan unit intelijen keuangan membantu mengidentifikasi 416 orang di Prancis yang telah menyumbangkan uang kepada Daesh selama dua tahun terakhir.

Namun, tuduhan atas pendanaan ekstremis memicu boikot pada Qatar oleh empat negara Arab. Qatar membantah membiayai para ekstremis.

Baca juga: Unjuk Rasa Meluas, Armenia akan Ganti Perdana Menteri

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement