Jumat 29 Jun 2018 21:31 WIB

Sejumlah Negara Eropa akan Terima Imigran yang Selamat

Namun blok itu menghindari kesepakatan kuota pengungsi yang kontroversial

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Salah satu kapal imigran gelap (ilustrasi).
Foto: english.globalarabnetwork.com
Salah satu kapal imigran gelap (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSELS -- Setelah pembicaraan maraton selama hampir 10 jam, para pemimpin di Uni Eropa (UE) yang sedang melakukan konferensi tingkat tinggi di Brussels telah menyepakati hal penting mengenai imigran. Mereka berjanji bahwa beberapa negara UE akan menerima imigran yang diselamatkan dari laut Mediterania.

Sesaat sebelum fajar pada Jumat (29/6) waktu setempat, Kepala Dewan Eropa Donald Tusk mencicitkan di Twitter bahwa para pemimpin UE telah mencapai kesepakatan, termasuk soal imigrasi. Pertemuan itu berlangsung tegang.

"Para pemimpin EU28 telah menyetujui (KTT) kesimpulan, termasuk tentang migrasi," kata ketua perundingan tersebut.

Beberapa jam sebelumnya hasil itu diragukan, ketika Italia mengancam untuk memveto seluruh teks kecuali negara-negara UE lainnya berbuat lebih banyak untuk membantu orang-orang yang tiba di pantai Italia. Oposisi dari Polandia, Hungaria, dan negara-negara Eropa tengah lainnya membuat pembicaraan 'alot' hingga pembicaraan berlangsung sepanjang malam.

Sejak kabar tentang kesepakatan itu beredar, Euro melonjak 0,6 persen. Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa kerja sama Eropa telah memenangkan pembicaraan. “Kami puas. Itu adalah negosiasi yang panjang tetapi mulai hari ini Italia tidak lagi sendirian,” ujar Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, dilaporkan The Guardian.

Namun blok itu menghindari kesepakatan tentang kuota pengungsi yang kontroversial. Hal itu karena empat negara Eropa tengah menolak klausul tanggung jawab Uni Eropa. Hasilnya sudah terlihat sebagai kesepakatan tipis.  

Selain itu juga tidak jelas apakah Kanselir Jerman Angela Merkel mengambil kesepakatan yang akan mengamankan masa depan pemerintahan koalisinya, yang telah diguncang oleh sengketa penanganan pengungsi. Sekutu kanselir Jerman pada hari Jumat (29/6) pagi memuji hasil pertemuan dalam catatan tertinggi.

Günther Oettinger, komisaris Eropa untuk anggaran dan sumber daya manusia, memuji hasil KTT sebagai terobosan sejati. "Saya percaya ada alasan bagus mengapa CSU akan mengakui ini sebagai langkah besar ke arah yang benar," ujar Oettinger mengatakan kepada radio Jerman. "Kami di CDU akan mengenalinya sebagai langkah besar ke arah yang benar."

CSU merupakan akronim dari nama partai Jerman, Persatuan Sosial Kristen. Sedangkan CDU akronim dari nama partai Jerman, Persatuan Demokrat Kristen.

Saat meninggalkan KTT, kanselir Jerman mengakui bahwa "kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjembatani berbagai pandangan." Akan tetapi dia mengatakan bahwa Uni Eropa yang telah menyetujui sebuah teks umum adalah sinyal yang baik.

Merkel telah memperingatkan pada hari Kamis bahwa masa depan Uni Eropa bergantung pada apakah mereka bisa menemukan jawaban atas pertanyaan penting yang diajukan oleh migrasi. "Masa depan Uni Eropa bergantung pada penyelesaian masalah migrasi," kata Merkel.  

Para pemimpin sepakat bahwa negara-negara Uni Eropa harus membantu para migran yang diselamatkan di laut Mediterania untuk mengurangi beban Italia dan Yunani. Akan tetapi rinciannya tetap tidak jelas.

Masalah semakin kompleks ketika Italia menutup pelabuhan untuk kapal-kapal pengangkut migran yang diselamatkan. Pihaknya menunggu negara-negara lain masuk untuk membantu, dan membiarkan kapal-kapal itu terapung-apung di laut lepas.

Bahkan Conte 'membajak' pertemuan puncak tersebut ketika dia memblokir seluruh kesimpulan KTT kecuali dia menerima bantuan lebih lanjut. “Saya adalah seorang profesor hukum,” Conte memberi tahu rekan-rekan pemimpinnya, memprotes metode kerja Uni Eropa, mempromosikan rapat umum yang tidak biasa, menurut sebuah sumber.

Perdana Menteri Bulgaria, Boyko Borissov, menjawab: "Yah, saya pernah menjadi pemadam kebakaran dan ini bukan cara Anda bernegosiasi." Perdana Menteri Swedia, Stefan Löfven, menambahkan bahwa ia dulunya tukang las dan ia juga tidak setuju dengan cara Italia memaksakan kehendaknya kepada yang lain.

Untuk menghindari situasi semakin kacau, para pemimpin itu akhirnya sepakat bahwa harus ada upaya bersama. Namun tetap ada klausul bahwa upaya bersama itu "hanya atas dasar sukarela." Negara-negara anggota UE akan mengambil para migran yang diselamatkan dan mendirikan pusat-pusat pemrosesan untuk menilai klaim suaka di tanah mereka.

KTT ini mengekspos divisi lama Eropa tentang migrasi antara Eropa Tengah, yang menolak untuk mengambil pengungsi, versus negara-negara barat, yang mencari 'solidaritas' bahkan dengan cara yang tidak biasa.

 

Kemudian para pemimpin Uni Eropa menyerukan pusat pemrosesan migran di negara-negara Afrika utara. Mereka setuju untuk "dengan cepat mengeksplorasi konsep platform regional dalam kerja sama erat" dengan negara-negara non-UE dan badan pengungsi PBB dan Organisasi Internasional untuk Migrasi, juga sebuah badan yang didukung PBB.

Intinya, ini berarti pusat pemrosesan migran di negara-negara seperti Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Nigeria, dan Tunisia. Dana Uni Eropa akan tersedia untuk membujuk negara-negara itu untuk menandatangani, tetapi sejauh ini belum ada negara yang setuju, sementara keduanya telah mengesampingkan diri.

Dalam tanda kompleksitas politik yang terlibat, visi badan PBB untuk rencana tersebut bentrok dengan orang-orang dari beberapa pemimpin Uni Eropa. Mereka menempatkan aksen pada penutupan perbatasan dan menghentikan kedatangan para migran.

Pemimpin Hungaria, Viktor Orbán, menyerukan “perbatasan kuat” untuk menghentikan apa yang disebutnya “invasi” para migran.

Sebaliknya, makalah UNHCR/ IOM yang dilaporkan oleh The Guardian menyerukan “kepemimpinan yang kuat dari negara-negara anggota Uni Eropa untuk menegakkan hak suaka dan hak-hak migran”, sambil menekankan bahwa UE tidak dapat mengalihdayakan masalah tersebut.

"Idenya benar-benar bukan kita dan mereka, baik Eropa atau Afrika Utara," kata Eugenio Ambrosi, direktur Eropa untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi, kepada The Guardian. “Ini adalah pendekatan Mediterania yang dibagikan oleh negara-negara yang mau.”

“Apa yang tidak kami inginkan adalah pusat pemrosesan eksternal dan kami jelas tidak menginginkan model Australia,” katanya, mengacu pada pusat penahanan yang kontroversial di kepulauan Pasifik.

Conte mengatakan, pemerintahnya belum memutuskan apakah akan mendirikan pusat pemrosesan migran dan tidak didesak untuk melakukannya.

Tetapi tes pertama dari KTT mungkin untuk Merkel, yang perlu meyakinkan mitra koalisi konservatif bahwa dia memiliki cara untuk mengendalikan migran yang bepergian ke Jerman dari negara-negara selatan. Menteri dalam negeri garis keras Jerman Horst Seehofer, yang juga pemimpin CSU, mengancam akan menutup perbatasan Jerman untuk pengungsi kecuali Merkel muncul dengan rencana pada 1 Juli.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement