Senin 10 Sep 2018 14:47 WIB

Ribuan Warga Prancis Tuntut Aksi Nyata Lawan Perubahan Iklim

Sebanyak 18.500 pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Paris menuntut aksi nyata.

Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri
Foto: REUTERS
Terumbu karang Great Barrier Reef di Australia memutih dan kehilangan penutupnya akibat badai, perubahan iklim dan ledakan populasi bintang laut berduri

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Puluhan ribu orang berunjuk rasa di kota-kota besar Prancis pada Sabtu (8/9) menuntut aksi melawan perubahan iklim. Aksi ini juga sebagai dukungan bagi mantan Menteri Lingkungan Hidup Nicolas Hulot yang mundur karena frustrasi terhadap pendekatan pemerintah.

Polisi mengatakan sebanyak 18.500 pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Paris ikut dalam kampanye global yang dijuluki 'Bangkit untuk Iklim' dan yang oleh warga Prancis diluncurkan sebagai dukungan bagi Hulot yang mengundurkan diri pada 28 Agustus. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat memperkirakan sebanyak 50.000 orang bergabung dalam unjuk-unjuk rasa itu.

Hulot mengatakan dia merasa sendirian di kementerian itu. "Siapa yang akan efisien sendirian? Dimana bala tentara saya? Siapa di belakang saya?" katanya dalam wawancara radio. Pada saat itu ia mengumumkan pengunduran dirinya.

Ribuan orang juga berunjuk rasa di kota-kota termasuk Marseilles, Strassbourg dan Tolouse. Pengunduran diri Hulot, salah seorang menteri yang sangat populer, merupakan tamparan bagi Presiden Emmanuel Macron, yang popularitasnya menurun dalam beberapa pekan belakangan setelah kurun waktu bulan madu pascapemilihan.

Keberadaan Hulot dalam kabinet itu pada pertengahan tahun 2017 dipandang sebagai cara untuk mempertahankan citra hijau yang Prancis telah raih 18 bulan sebelumnya dengan menjadi perantara Perjanjian Paris untuk memerangi emisi gas rumah kaca.

Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 disebut juga dengan COP 21 atau CMP 21 telah diadakan di Paris sejak 30 November sampai 12 Desember 2015. Konferensi ini merupakan konferensi tahunan ke-21 anggota UNFCCC sejak UNFCCC berdiri pada tahun 1992, dan konferensi ke-11 sejak Konferensi Protokol Kyoto 1997.

Konferensi ini menghasilkan Persetujuan Paris yang diadopsi secara aklamasi oleh negara-negara anggota. Persetujuan ini akan mengikat secara hukum jika setidaknya 55 negara yang mewakili 55 persen emisi gas rumah kaca global tahunan meratifikasi Persetujuan Paris atau mendaftarkan diri di New York dari 22 April 2016 hingga 21 April 2017.

Namun, Macron kurang memberikan perhatian terhadap prakarsa-prakarsa Hulot mengenai isu-isu seperti pengurangan ketergantungan pada energi nuklir dan pelarangan glyphosate (sejenis zat kimia) pembunuh rumput liar.

Para pemimpin oposisi seperti mantan calon presiden sayap kiri Jean-Luc Melenchon dan Benoit Hamon ikut bergabung dalam protes-protes di Paris dan di Marseilles. Hulot menyampaikan ucapan terima kasih kepada pendukung melalui Twitter-nya.

"Warga masyarakat yang berkumpul di mana saja di Prancis dan di dunia memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan bagi masa depan anak-anak kita," kata dia di Twitter.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement